Kisah Tentara Bayaran di Medan Perang Yaman Dibeber, Mengejutkan Dikendalikan oleh Tokoh Ini

TRIBUNJAMBI.COM - Sebuah kisah mencengangkan dirilis situs BuzzFeedNews.com, Rabu (17/10/2018). Kisah itu

Editor: ridwan
AFP PHOTO / FAYEZ NURELDINE
Ilustrasi - Anggota pasukan perbatasan Saudi Arabia berjaga di perbatasan Saudi-Yaman, di barat daya Arab Saudi 

TRIBUNJAMBI.COM  - Sebuah kisah mencengangkan dirilis situs BuzzFeedNews.com, Rabu (17/10/2018). Kisah itu tentang aksi tentara bayaran di medan perang Yaman.

Kisah di situs BuzzFeedNews ini juga dikutip media terkemuka Israel, Haaretz.com, dengan sudut pandang berbeda.

Haaretz menyoroti sosok Mohammed Dahlan, satu di antara tiga orang di balik korporasi bisnis tentara bayaran yang dikendalikan dari AS dan Uni Emirat Arab ini.

Mohammad Dahlan adalah warlord terkenal di Tepi Barat (Palestina) pada masanya. Ia mengepalai pasukan bersenjata Otoritas Palestina yang acapkali membuat gentar Israel.

Pembunuh Bayaran Paling Mematikan Blak-blakan Caranya Menghabisi 40 Orang Targetnya

Lalu, apa yang terjadi dengannya? Siapa Mohammad Dahlan sekarang? Menurut BuzzFeedNews.com
Dahlan ternyata kini terlibat persekutuan bisnis hitam.

Memasok tentara-tentara bayaran dari berbagai penjuru dunia ke berbagai medan konflik di Timur Tengah. Ia berkongsi dengan Abraham Golan, bekas Legiun Asing Prancis berdarah Yahudi Hongaria.

Jejak berdarah bisnis Mohammad Dahlan terendus di Aden, Yaman. Suatu hari di bulan Desember 2015, tentara bayaran yang dikirimnya bergabung dengan pasukan Uni Emirat Arab (UEA).

Konvoi kecil dua kendaraan tempur pasukan UEA dan dua SUV berisi prajurit bayaran bekas Pasukan Khusus AS dan jebolan Legiun Asing Prancis. Pengakuan Iwan Cepi Murtado Mantan Pembunuh Bayaran

Mereka merangsek ke kantor cabang Al Islah. Gerakan penyerbuan mereka terekam sangat jelas di video drone yang juga dirilis BuzzFeedNews.com

Paling depan sebagai pembuka adalah ranpur pasukan UEA, persis dengan ranpur yang dipakai pasukan AS di berbagai medan perang.

Di tengah ada SUV berisi sejumlah tentara bayaran. Penutupnya ranpur pasukan UEA sebagai perlindungan.

Saat konvoi terhenti di depan deretan bangunan, sejumlah pria bersenjata berloncatan keluar dari SUV sembari menembak. Salah seorang menenteng tas berisi bom yang dilempar ke depan gedung cabang Al Islah.

Para penyerang mundur dan masuk ranpur penutupm Sesaat kemudian bom meledak di gedung yang diserbu. Setelah ranpur pergi, mobil SUV yang semula dipakai penyerang, giliran meledak hancur. Waduh, Bocah 12 Tahun Sudah Jadi Pembunuh Bayaran!

Belakangan dikabarkan serangan pembunuhan di Kota Aden itu gagal. Target yang diincar, Anssaf Al Mayo sudah meninggalkan gedung beberapa saat sebelumnya.

Al Islah sendiri adalah organisasi di Yaman yang diklaim UEA cabang Ikhwanul Muslimin (Moslem Brotherhood) yang terlarang di Mesir, Saudi, dan Emirat.

Ada sekurangnya 23 sosok di Yaman, yang daftarnya diberikan intelijen UEA ke pasukan bayaran yang di-hire  Dahlan bersama Abraham Golan dan Isaac Gilmore.

Mereka menggunakan bendera kontraktor keamanan Spear Operations Group yang berbasis di Delaware, AS. Spear ini mirip dengan kontraktor keamanan lain seperti Blackwater dan Dynn Corp yang legendaris.

Gilmore sendiri eks prajurit pasukan khusus AS yang kenyang pengalaman di medan tempur mematikan di Irak dan Afghanistan.

Sedang Abraham Golan berpengalaman di ladang tempur Balkan. Ia kebal dekat dengan tokoh fenomenal Serbia yang dikenal dengan julukan Motorola alias Arkan.

Dahlan sejak tersingkir dari Palestina setelah kematian Yasser Arafat, pindah dan bermukim di Uni Emirat Arab. Kehidupan baru di jazirah Arab itu benar-benar membalikkan perjalanan hidupnya

Dahlan bergelimang uang dari bisnis perang dan senjata di bawah perlindungan Pangeran Mohammed bin Zayed al Nahyan.

Bersama Golan dan Gilmore, Dahlan mengorganisasi order pembunuhan sepenuhnya dari pemerintah dan militer UEA. "Ada banyak target program pembunuhan di Yaman," beber Golan, pria berjambang sangat lebat seperti dikutip BuzzFeedNews.

“Saya menjalankannya," lanjut Golan yang merancang operasi lapangan bersama Dahlan dan Gilmore. Mereka menampung puluhan individu yang memiliki ketrampilan tempur nomer satu.

Setiap bulan, perkongsian bisnis pembunuhan itu menerima bayaran 1,5 juta dolar AS.

Persenjataan dan logistik tempur disediakan pemerintah Abu Dhabi. Daftar tokoh yang harus dilenyapkan diberikan staf militer UEA.

Ditanya mengapa target program pemimpin politik, bukannya sasaran bersenjata. Golan menjawab dikotomi itu hanya berlaku di wacana intelektual belaka.

Ia menyebut, program yang dijalankannya mengadopsi model operasi pembunuhan  ala Israel.

Golan tak menepis jika target-target operasinya sebagian diperintahkan langsung Putra Mahkota UEA, Pangeran Mohammed bin Zayed al Nahyan.

UEA dan Saudi Arabia berkoalisi di Yaman, namun kadang berkompetisi memperebutkan pengaruh dan kekuasaan di lapangan.

BuzzFeedNews menyatakan bisa memastikan riwayat militer Gilmore di kalangan militer AS. Sedangkan terhadap Golan, belum bisa terverifikasi. Sementara Dahlan sudah jelas riwayatnya.

Media ini juga sudah berusaha meminta konfirmasi ke pemerintah UEA dan Mohammed Dahlan. Namun mereka tidak mendapatkan jawaban hingga laporan itu dirilis.(Tribunjogja.com/xna)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved