Prediksi IHSG
Asing Sudah Jual Rp 56,8 Triliun, Berikut Saham-saham yang Masih Bisa Dilirik
Dari awal tahun 2018 hingga hingga akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami penurunan 8,98%.
“Sehingga saat ini hingga akhir tahun nanti, investor asing masih akan terus mencatatkan porsi pembelian atas saham-saham berkapitalisasi besar maupun yang memiliki kinerja fundamental yang bagus,” paparnya.
Lebih lanjut Nafan mengungkapkan bahwa pergerakan IHSG sejak Juni cukup terkonsolidasi dan tidak terjadi penurunan yang signifikan. Dia memprediksi IHSG pada akhir tahun nanti masih akan cenderung konsolidasi dengan akan rentang support di level 5.560 dan resistance di level 6.117.
Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk mengoleksi saham seperti ASII dengan target harga jangka pendek Rp 7.580 per saham, BBCA dengan target harga Rp 24.700 per saham, BBRI dengan target Rp 3.290 per saham, dan BMRI dengan target harga Rp 6.850 per saham.
Nafan pun merekomendasikan saham GGRM dengan target harga Rp 77.425 per saham, ICBP dengan target Rp 9.150 per saham, INCO dengan target Rp 3.180 hingga Rp 3.300 per saham. Saham INTP pun bisa dilirik dengan target harga Rp 17.850 per saham, SMGR dengan target harga Rp 10.000 per saham, SRIL dengan target Rp 372 per saham, WEGE dengan target Rp 252 per saham dan WTON dengan target harga Rp 340 per saham.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto turut mengungkapkan hal yang serupa. “Namun, saya melihat ada pendatang baru yang merupakan investor asing dan mereka melakukan pembelian. Tapi jumlahnya tak sebesar dibanding yang melakukan aksi jual. Tapi, saya perhatikan masih banyak saham yang dibeli asing di tengah net sell ini,” kata William, Minggu (28/10).
Selanjutnya, William menerangkan bahwa pelemahan indeks tentu ada kaitannya dengan aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. “Tentu ada kaitannya sebab saat mereka panik dan melakukan penjualan besar-besaran pasti akan membuat indeks turun. Sedangkan faktor lainnya yang menjadi alasan mengapa mereka melakukan penjualan adalah karena kondisi ekonomi Indonesia yang membuat mereka ragu untuk berinvestasi di sini,” tambahnya.
Dia menambahkan, hingga akhir tahun nanti masih terbuka peluang untuk net sell lebih lanjut namun terbatas. Hal ini akan dipengaruhi oleh rilis laporan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melampaui ekspektasi sehingga menjadi alasan kuat The Fed menaikkan suku bunga lagi pada Desember nanti dan pelaku pasar di sana mulai panik dan takut akan terjadinya resesi.
Namun, ia mengungkapkan bahwa hal baik yang bisa diambil dari fenoma net sell asing tersebut adalah jika investor asing di sana sudah takut pada negara sendiri, maka umumnya mereka akan melirik pasar negara berkembang termasuk Indonesia. “Itulah mengapa prediksi saya net sell asing akan terbatas,” imbuhnya.
William lantas memprediksi bahwa pergerakan IHSG pada akhir tahun 2018 akan berada pada level 6.300 hingga 6.500. “Sedangkan pada tahun 2019, akan variatif di area yang sama, sebab pemilu semakin dekat umumnya dan investor akan lebih berhati-hati dan cenderung wait and see,” ujarnya.
Dari sisi saham, ia menyarankan untuk mengoleksi saham-saham sektor properti seperti ASRI, BSDE, dan SMRA karena secara fundamental menarik dan harganya sudah murah.
Sedangkan secara teknikal untuk jangka pendek, William merekomendasikan untuk beli saham ITMG dengan target harga Rp 30.000, UNTR dengan target harga Rp 40.000-Rp 42.000 per saha, HMSP dengan target harga Rp 4.500 per saham, dan UNVR dengan target harga Rp 50.000 per saham.