BUMDes di Sarolangun, Masih Belum Maksimal
Dari 41 Bumdes itu, kata Lubis sudah ada BUMDes yang berhasil dan ada juga BUMDes yang masih belum berjalan maksimal.
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Deni Satria Budi
"Karena BUMDes kekuatannya adalah berdasarkan potensi desa masing-masing. Kita juga tidak bisa memaksakan bumdes yang ada di luar ada di daerah lain yang tidak sama dengan iklim atau wilayah desa kita," katanya.
"InsyaAllah terget 2018 ini terbentuk, kitapun pada tahun 2019 atas dorongan dinas PMD dan pendamping desa untuk bersama-sama menggali potensi desanya masing-masing sesuai dengan geografinya," ujarnya.
Baca: Saat Sosok yang Dijuluki Messi dari Jepang ini Sudah Tahu kehebatan Egy Maulana Vikri
Kalau identifikasi potensi sesuai geografis juga sudah banyak terpantau dan berdasarkan indeks desa membangun (IDM) kita sudah memilih mana desa berkembang, mana desa tertinggal dan sangat tertinggal.
Kemudian juga disisi lain pihaknya telah berkoordinasi dengan OPD terkait, baik Dinas Pariwisata dan pertanian, perikanan yang ditujukan atas potensi desa berdasarkan wilayah geografisnya.
"Profilnya seperti lebih ke home industri, pariwista, atau peternakan, seperti kita liat di batang asai lebih banyak destinasi wisata karena alam mendukung," tuturnya.
Hal inilah yang pihaknya terdorong untuk memajukan desa sesuai geografisnya. Sehingga desa sendiri bisa mandiri dan bisa membuka pasar desa.
Baca: Malaysia Diambang Kegagalan, Ini Video Dua Gol China yang Buat Malaysia Sulit Susul Indonesia
"Jadi, tidak ada alasan desa tidak bisa membuat badan usaha milik desa meskipun itu warung untuk menjual kebutuhan desa," ucapnya.
"Memang skalanya ada yang skala kecil, menengah dan besar. Tapi, dengan keyakinan dan proses, menjadi besar juga bisa," katanya.
Selain itu berbagai upaya juga telah dilakukan agar Bumdes berjalan dengan baik. Lubis mengaku sudah melatih kepala desa untuk memahami seperti apa dan bagaimana manfaat BUMDes. Karena tidak selamanya desa mengandalkan dana desa (DD) dan tidak bisa dipastikan akan hadir terus di desa.
Setidaknya desa mau tidak mau wajib membuat BUMDes dan yang paling penting adalah bagaimana organisasi itu terbentuk dahulu. Jika telah terbentuk, SDM nya akan dilatih. Menurutnya, memang jika penyelenggaraan BUMDes pada suatu desa juga tidak sedikit mengalami kendala.
Baca: Banyak Tiang Listrik yang Miring dan Rawan Roboh di Kuala Tungkal, Warga Minta PLN Tanggap
kendala untuk ini salah satunya memang belum ada sepahamnya masyarakat terutama pemerintah di desa baik BPD, kemudian tokoh-tokoh masyarakatnya. Karena sumber daya manusianya ada pemahaman tersendiri dan ini masalah utamanya.
"Mereka menganggap masalah ini, ditakutkan ada unsur politik karena ke depannya ini akan menghasilkan uang. Nah, inilah yang agak rumit memberikan pemahaman kepada masyarakat," ujarnya,
Kemudian banyaknya ide yang dimunculkan oleh masyarakat, semuanya menginginkan membuat kegiatan masing-masing, sedangkan kita belum tentu kuat dalam penanganannya untuk memilih yang mana yang menjadi prioritas pertama yang bisa dibentuk Bumdes di desa tersebut.
Baca: Cara Membeli Tiket Piala Asia U19 dan Daftar Harga, Penentuan Tiket ke Piala Dunia U20
Lalu, disinggung peran anak muda pada pembangunan Bumdes yang ada ini ia menyebut memang belum ada satupun anak muda yang terjun langsung mengelola Bumdes. Tapi ada keterlibatan karang taruna dan itupun sepertinya belum maksimal.
Katanya, peran anak muda memang belum tampak, karena kebanyakan pemuda yang ada di desa yang memang bermukim atau berwilayah yang jauh dari pusat kota dan kebanyakan pemudanya lebih memilih keluar setelah menyelesaikan sekolahnya ataupun bekerja di luar daerah dan menempuh pendidikan di luar daerah.