Usai Pesawat Dihantam Cuaca Eksrem, RPKAD Terpaksa 'Jinakkan' Teman Sendiri yang Membelot
Tidak ada pilihan lain bagi pasukan RPKAD kecuali harus bertempur secara profesional untuk menghadapi para rekannya yang ...
Sebaliknya, pasukan RPKAD yang mendarat di Ambon, oleh pasukan lokal yang masih pro pemerintah RI, juga bisa dianggap pasukan Permesta. Jadi, pendaratan pasukan RPKAD bersenjata lengkap dan siap tempur itu tetap mengandung risiko diserang.
Penerbangan kedua pesawat C-47 dari sisi prosedur operasi pemindahan pasukan lewat udara juga berisiko tinggi, karena tidak dikawal pesawat-pesawar tempur AURI. Jika disergap pesawat tempur AUREV musuh, tidak bisa berbuat banyak.
Dalam PD II, pesawat-pesawat transportasi dalam penerbangannya selalu dikawal sejumlah fighter yang bertugas menghadapi pesawat-pesawar fighter musuh yang datang menyerang.
Baca: Kisah Kopassus Sang Pelindung Presiden Filipina yang Bergerak Atas Perintah Soeharto
Oleh karena itu, melalui penerbangan malam yang dilakukan secara rahasia, kemungkinan disergap pesawat AUREV juga kecil, sehingga keselamatan pasukan yang diangkut juga lebih terjamin.
Hujan di akhir tahun
Penerbangan di akhir tahun merupakan penerbangan di musim hujan dan dibutuhkan pilot pilot yang sudah berpengalaman.
Hujan lebat dan cuaca buruk serta angin topan kerap mengadang di sepanjang rute udara kawasan Indonesia Timur.
Para pilot pesawat transportasi umumnya diperintahkan menghindari cuaca buruk itu dan mendarat di lapangan udara alternatif.
Seperti sudah diduga, ketika penerbangan dua C- 47 dari Morotai mulai mendekati Ambon, cuaca gelap dan gemuruh halilintar langsung menyergap.
Cuaca buruk itu sebenarnya bisa dilintasi C-47 yang bermesin baling-baling, asal tidak terjebak oleh awan badai.
Di sisi lain, cuaca buruk itu juga menguntungkan karena mencegah penerbangan pesawat-pesawat tempur AUREV.
Dengan pertimbangan itu, kedua C-47 terus terbang melaju menembus awan tebal kumulonibus dan hujan lebat.
Tiba di atas udara Ambon cuaca justru makin buruk, hujan lebat dan gemuruh halilintar terus menerpa, pesawat pun terguncang guncang hebat.

Pasukan RPKAD yang berada di kabin penumpang tampak cemas dan sejumlah di antaranya mulai diserang mabuk udara.
Letnan Nurasid yang sudah kenyang pengalaman sebagai pilot Maskapai Penerbangan Garuda, tetap tenang dan terus memantau situasi melalui penunjuk instrumen di radio.