Pilpres 2019
'Perang Algoritma Medsos' Hacker Rusia yang Jadi Think Tank Donald Trump Disebut Tiba di Indonesia
Tidak hanya di Amerika Serikat, para peretas ini juga pernah terlibat di dalam delapan pilpres negara lainnya.
Ketika sudah viral, maka konten tersebut akan diangkat menjadi pemberitaan oleh media arus utama.
"Mainnya di viral. Kalau ada konten yang menyudutkan, biasanya oleh mereka di "cut" langsung. Kalau sudah viral, nanti kan jadi berita juga di media mainstream," urainya.
"Untuk siapa mereka bekerja?"
Nuruddin enggan menjawab saat ditanya untuk siapa para agen tersebut bekerja.
"Ya lihat saja nanti lah. Siapa yang beri jatah banyak untuk Rusia kalau menang, ya itu dia yang pegang," tukasnya.
Tribun mencoba mengklarifikasi informasi tersebut ke dua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung dalam Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.
Wakil Direktur Informasi dan Teknologi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno, Vasco Ruseimy, membantah adanya peran agen yang menaungi hacker asal Rusia itu.
Menurutnya, tidak ada akses kubu mereka ke peretas asal Rusia tersebut.
Terlebih, pasangan nomor urut 02 sudah merasa cukup dengan adanya bantuan dari relawan yang bergerak selama ini di media sosial.
"Enggak lah. Kita cukup dengan relawan saja. Lagian, enggak ada akses ke mereka," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa terlalu jauh mengaitkan pilpres 2019 kali ini dengan hadirnya peretas Rusia yang pernah terlibat dalam kampanye Donald Trump di Amerika Serikat.
"Terlalu jauh lah. Saya kira tidak ada yang seperti itu di pilpres Indonesia," imbuhnya.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni mengatakan sejauh ini timnya masih percaya dengan kemampuan anak bangsa.
Masyarakat, kata dia, menjadi konsultan politik pasangan nomor urut 01 itu.
"Tidak lah. Kami masih percaya dengan anak bangsa. Tidak perlu konsultan politik dari luar negeri," tegasnya.