Mengenal Idjon Djanbi, Pembentuk Mental Baja Pasukan Khusus Hingga Dimakamkan Tanpa Tembakan Salvo

Mantan Prajurit komando Belanda ini yang pertama kali membuat pasukan khusus TNI yang sekarang dikenal Kopassus.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
TribunJabar
Idjon Djambi 

Agar tidak tercium pihak Republik, kamp pelatihan ditempatkan di Papua Barat. Bulan April, lokasi pelatihan dipindah ke Hollandia (Jayapura) dari Biak.

Sekolah  parasutis menempati sebuah bangunan rumah sakit milik Amerika yang telah ditinggalkan pasukan Jenderal Douglas MacArthur.

Ternyata Visser menyukai hidup di Indonesia. Meskipun kondisinya sangat berbeda dengan kehidupan di Eropa.

Ia sempat pulang ke Inggris menemui keluarganya dan meminta istrinya, perempuan Inggris yang dinikahinya semasa PD II serta keempat anaknya, untuk ikut ke Indonesia bersamanya.

Karena sang istri menolak, Visser memilih untuk bercerai. Tahun 1947, Visser kembali ke Indonesia.

Ternyata sekolah yang dipimpinnya sudah pindah ke Batujajar, Cimahi, Bandung. Tidak lama, Visser dipromosikan menjadi kapten dengan jabatan Pelatih Kepala.

Dalam kurun 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak peterjun militer.

Tahun 1949, Visser memutuskan keluar dari dunia militer dan memilih menetap di Indonesia sebagai warga sipil. Meskipun keputusan ini mengandung risiko tinggi karena saat itu sikap kebencian serta anti-Belanda tertanam kuat dalam setiap diri orang Indonesia.

Meskipun Visser berbaret merah, tetap saja tidak ada yang bisa menjamin keamanan mantan perwira penjajah di negeri bekas jajahannya ini.

Baca: Soekarno Ketakutan Karena Istana Merdeka Dikepung Pasukan Tak Dikenal Bersenjata Lengkap

Namun ia tak gentar. Ia memilih menetap di sebuah lahan pertanian di daerah Lembang, Bandung.

Di daerah sejuk ini pula fase kedua dalam kehidupannya di mulai, dengan memutuskan memeluk agama Islam dan menikahi kekasihnya, seorang perempuan Sunda. Sejak itu, Visser dikenal dengan Mochammad Idjon Djanbi.

Cetak pasukan komando

Suatu hari di tahun 1951, rumah Idjon Djanbi kedatangan seorang perwira muda. Si tamu memperkenalkan diri sebagai Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).

Dalam pertemuan itu Idjon Djanbi diminta sebagai pelatih tunggal untuk melatih komando di pendidikan CIC II (Combat Inteligen Course) Cilendek, Bogor.

Tidak mudah membujuknya, sebab ia sudah hidup tenang di pedesaan sebagai petani bunga.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved