Sejarah Indonesia

Amukan Benny Moerdani Saat Temani Pak Harto ke Belanda, Sampai Ancaman Sniper di Jendela

Selain sebagai pengawal, ia bahkan dikenal sebagai agen rahasia yang siap menyerahkan nyawanya demi keselamatan Pak Harto.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Ist
Sniper SAS dan Benny Moerdani 

Akibatnya, karena merasa diremehkan, Benny pun mengamuk dan mendamprat para keamanan Belanda itu sambil menggebrak meja.

‘Kami hanya punya satu Soeharto! Apakah Anda bisa menjamin keselamatannya...!?’ bentak Benny dalam Bahasa Belanda seperti dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap.

Sebagai agen rahasia (intelijen) Benny memang dikenal mahir berbahasa Jerman, Belanda, Inggris, China, dan Bahasa Korea.

Baca: OPD yang Dapat Dana Besar Ditinjau, Fasha Minta Setiap OPD buat Perencanaan Sebaik Mungkin

Baca: Bertemu dengan Maruf Amin, Relawan Ahok Ingin Dikosolidasikan dengan Nusron Wahid

Baca: Ahok Jauh Lebih Kaya Saat di Penjara, Siapa Sangka Sumber Uangnya Berasal dari 4 Tempat ini

Para agen Belanda hanya bisa ketakutan berhadapan dengan Benny yang merupakan veteran perang RI dalam Perang Kemerdekaan dan Operasi Trikora melawan pasukan Belanda itu.

Tapi Benny tidak bisa berbuat banyak karena sedang berada di negara lain.

Apalagi pemerintah Belanda sendiri ternyata tidak begitu menyukai Pak Harto.

Namun, kekhawatiran Benny ternyata terbukti.

Suatu malam 31 Agustus 1970, sebanyak 33 anggota RMS bersenjata menyerbu Wisma Duta, rumah Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.

Mujur Duta Besar RI,Taswin Natadiningrat yang pensiunan Letnan Jenderal lolos dari serbuan.

Atas aksi bersenjata anggota RMS yang ternyata tidak bisa dicegah oleh aparat keamanan dan agen rahasia itu, pemerintah Kerajaan Belanda pun sangat malu.

Baca: Banyak Janji Jokowi Tak Terealisasi, Fadli Zon: Tahun Depan adalah Ganti Presiden

Baca: Dihina dengan Sebutan Sedang Piknik, Kopassus Grup4 Sandiyudha Buat Musuh dan Media Tercengang

Baca: Baring Diantara Tumpukan Mayat Temannya, Anggota Kopassus ini Selamat dari Incaran Belanda

Intelijen Belanda sendiri menjadi sadar bahwa apa yang disampaikan oleh Benny sambil marah-marah ternyata benar.

Rombongan Presiden Soeharto yang berkunjung ke Istana Huis Ten Bosch pun kemudian mendapat pengawalan sangat ketat dan kunjungan tidak menggunakan kendaraan darat melainkan helikopter.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved