Semakin Mencekam, Soeharto Perintahkan Kolonel Hebat Tumpas G30S/PKI dan Rebut Tempat Penting

Setelah G30S/PKI menculik para Jenderal TNI AD, suasana semakin mencekam. Soeharto kemudian memerintahkan untuk melakukan penumpasan terhadap PKI.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Sarwo Edhie Wibowo pimpin RPKAD tumpas PKI 

TRIBUNJAMBI.COM - Setelah G30S/PKI menculik para Jenderal TNI AD, suasana semakin mencekam.

Soeharto kemudian memerintahkan untuk melakukan penumpasan terhadap PKI.

Soeharto kemudian menunjuk Kolonel Sarwo Edhie Wibowo memimpin pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau Kopassus.

Sarwo Edhie ditugaskan untuk melakukan pembersihan terhadap PKI di Jakarta dan wilayah pulau Jawa.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, enam jenderal, termasuk Ahmad Yani diculik dari rumah mereka dan dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

Baca: Ramalan Zodiak 24 September 2018, Aries Bersemangat, Aquarius Harus Jujur, Simak Prediksi Lainnya

Baca: Orang Hebat Dibalik Suksesnya Asian Games 2018, Akun Facebook Ini Bongkar Campur Tangan Ahok

Sementara proses penculikan sedang dieksekusi, sekelompok pasukan tak dikenal menduduki Monumen Nasional (Monas), Istana Kepresidenan, Radio Republik Indonesia (RRI), dan gedung telekomunikasi.

Hari dimulai seperti biasanya bagi Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD yang sedang menghabiskan pagi mereka di markas RPKAD di Cijantung, Jakarta.

Kemudian Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba.

Baca: Aksi Polisi Bongkar Alur Masuknya Miras Ilegal Luar Negeri Via Jambi, Intai Kapal, Dapat 714 Dus

Sudiro mengumumkan bahwa ia membawa pesan dari markas Kostrad dan menginformasikan kepada Sarwo Edhie tentang situasi di Jakarta.

Sarwo Edhie juga diberitahu oleh Sudiro bahwa Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Kostrad diasumsikan akan menjadi pimpinan Angkatan Darat.

Soeharto dan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo
Soeharto dan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo ()

Setelah memberikan banyak pemikirannya, Sarwo Edhie mengirim Sudiro kembali dengan pesan bahwa ia akan berpihak dengan Soeharto.

Setelah Sudiro pergi, Sarwo Edhie dikunjungi oleh Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa.

Baca: Ini Penampilan 5 Orang Pria yang Diduga Pengeroyok Suporter Persija hingga Tewas

Baca: Kronologi Pengeroyokan Suporter Jelang Laga Persib Vs Persija

Sabur meminta Sarwo Edhie untuk bergabung dengan Gerakan G30S.

Sarwo Edhie mengatakan kepada Sabur dengan datar bahwa ia akan memihak Soeharto.

Pada pukul 11:00 siang hari itu, Sarwo Edhie tiba di markas Kostrad dan menerima perintah untuk merebut kembali gedung RRI dan telekomunikasi pada pukul 06:00 petang (batas waktu dimana pasukan tak dikenal diharapkan untuk menyerah).

Ketika pukul 06:00 petang tiba, Sarwo Edhie memerintahkan pasukannya untuk merebut kembali bangunan yang ditunjuk.

Hal ini dicapai tanpa banyak perlawanan, karena pasukan itu mundur ke Halim dan bangunan diambil alih pada pukul 06:30 petang.

Dengan situasi di Jakarta yang aman, mata Soeharto ternyata tertuju ke Pangkalan Udara Halim.

Pangkalan Udara adalah tempat para Jenderal yang diculik dan dibawa ke basis Angkatan Udara yang telah mendapat dukungan dari gerakan G30S.

Baca: Dapat Rp 1 Miliar di China Open 2018, Anthony Ginting Diingatkan Taufik Hidayat Soal Pertandingan

Baca: Ramalan Zodiak 24 September 2018, Aries Bersemangat, Aquarius Harus Jujur, Simak Prediksi Lainnya

Soeharto kemudian memerintahkan Sarwo Edhie untuk merebut kembali Pangkalan Udara.

Memulai serangan mereka pada pukul 2 dinihari pada 2 Oktober, Sarwo Edhie dan RPKAD mengambil alih Pangkalan Udara pada pukul 06:00 pagi.

TRIBUNJAMBI.COM DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved