Hari Kesaktian Pancasila

Cerita RPKAD Hanya Butuh 20 Menit Rebut Gedung RRI yang Dikuasai G30S PKI, Musuh Dibuat Kocar-kacir

Tanggal 30 September 1965 malam 7 Jenderal TNI Angkatan Darat diculik dari kediamannya masing-masing dan dibawa ke Lubang Buaya

Editor: bandot
Sintong Pandjaitan memimpin RPKAD merebut kembali gedung RRI 

TRIBUNJAMBI.COM - Tanggal 30 September 1965 malam 7 Jenderal TNI Angkatan Darat diculik dari kediamannya masing-masing dan dibawa ke Lubang Buaya.

Penculikan tersebut dilakukan oleh gerakan yang menamakan diri G30S PKI.

Para Jenderal ini diculik atas tuduhan membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno.

Komandan Tjakrabirawa Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang memimpin pasukan untuk menculik para perwira tinggi Angkatan Darat.

Tak hanya menculik para perwira tinggi angkatan darat, G30S PKI juga mengambil alih RRI dan juga kantor telekomunikasi.

Untung memerintahkan pasukan 'Divisi Ampera' untuk menduduki Radio Republik Indonesia (RRI) yang digunakan untuk menyiarkan pengambilalihan kekuasaan sekaligus membentuk 'Dewan Revolusi' menggantikan 'Dewan Jenderal'.

Baca: Benarkah Isu Dewan Jenderal yang Dihembuskan Jadi Pemicu Utama Gerakan 30 September PKI?

RRI juga digunakan untuk menyiarkan propaganda dari gerakan yang belakangan merupakan upaya untuk kudeta ini.

Pada mas itu RRI memiliki peranan yang sangat penting untuk menyebarkan informasi ke seluruh pelosok tanah air.

Karena vitalnya fungsi dari RRI ini, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Sarwo Edhie Wibowo diperintahkan oleh Pangkostrad Mayjen Soeharto untuk merebut kembali RRI.

Untuk merebut RRI, Kolonel Sarwo Edhie menunjuk Sintong Panjaitan yang saat itu pangkatnya masih Letnan Dua.

Dalam buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto terbitan Kompas Gramedia.diceritakan Mayjen Soeharto menanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan RPKAD untuk bisa merebut kantor RRI?

Sarwo Edhie mengungkapkan dapat merebut RRI hanya dalam waktu 20 menit.

Baca: Akhirnya Korea Utara dan Korea Selatan Berdamai, Kim Jong-un Kirimkan Hadiah Senilai Rp19,8 Miliar

Saat matahari mulai terbenam, pasukan mulai bergerak menuju lokasi yang ditentukan.

Di saat bersamaan, beberapa pasukan yang sempat berjaga di Monas sudah ditarik kembali ke markasnya masing-masing.

Kondisi ini membuat RPKAD lebih mudah bergerak.

Mereka bergerak dari Markas Komando Strategis Angkatan Darat (Makostrad) menuju RRI dengan berjalan kaki.

Pasukan ini dibagi tiga, ada yang bergerak lurus, ada pula yang bergerak mengitari bagian selatan maupun utara Monas.

Setelah tiba di gerbang, pasukan RPKAD mengintai keadaan di luar RRI.

Mereka menemukan sejumlah orang berjaga di depan.

Baca: Siapa Sangka, Jenderal Pembangkang Itu yang Mampu Tumpas Kelompok PKI di Tanah Air

Salah satu peleton yang bergerak untuk merebut RRI mulai melepaskan tiga kali tembakan.

Mereka lari tunggang langgang saat mendengar tembakan tersebut dan meninggalkan tugasnya.

Alhasil, perebutan RRI berlangsung tanpa perlawanan.

Pasukan kemudian masuk ke dalam kantor RRI.

Mereka memeriksa setiap ruangan yang ada.

Sintong Panjaitan lalu melaporkan keberhasilan tersebut kepada atasannya yakni Lettu Feisal Tanjung.

Saat itu Feisal Tanjung bersama dengan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie.

Mendengar laporan RRI telah diambil alih, rupanya Sarwo Edhie tak percaya begitu saja.

Sarwo Edhie meminta Sintong kembali mengecek seluruh gedung.

Baca: Walau Marah dan Kesal, Soekarno Tetap Harus Mengalah Pada Soeharto Pada Tragedi G 30S PKI

Baca: VIDEO: Kesedihan Orang Tua Haringga Sirila, Hal Aneh Nampak Sebelum Kabar Anaknya Tewas di Bandung

Baca: Rahasia Ahok Tambah Kaya di Penjara, Pabrik Uang dan 4 Investasi Besarnya Meski Tak Jadi Pejabat

"Apa? RRI sudah diduduki? Coba kamu periksa seluruh ruangan dulu. Itu aktivitas mereka masih di dalam!" tegas Sarwo Edhie.

Mendengar atasannya marah Sintong kembali melakukan pengecekan ke setiap ruangan di kantor RRI.

Dan hasilnya tak ditemukan orang-orang dari G30S yang masih berada di gedung tersebut.

Kembali Sintong melaporkan hasil pengeledahan tersebut. Namun jawaban yang diterima tetap sama.

"Laporanmu tidak benar. Kamu bersihkan dulu sampai bersih. Jangan buru-buru kamu lapor. Tangkap dulu semua orang yang ada di situ," sahut Sarwo Edhie menjawab laporan Sintong.

Sintong pun kebingungan, namun tak lama kemudian Dia menyadari bahwa pengumuman yang masih terus mengudara itu berasal dari tape recorder.

Kaset tersebut terus berputar meski tak ada yang mengoperasikannya.

Sintong pun lalu ingin merusaknya dengan memukulkan popor senjata, namun tindakan ini segera dicegah salah satu karyawan dan menekan tombol off.

Segera setelah RRI diduduki, Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Ibnu Subroto membacakan pesan yang ditulis Mayor Jenderal Soeharto.

Ternyata Sintong yang tak tahu diputarnya tape recoder untuk menyiarkan pengumuman dari G30S PKI secara berulang-ulang ini menjadi bahan olok-olokan.

"Ah kampungan kamu. Masak kamu tidak tahu kalau siaran G30S/PKI itu berasal dari tape recorder?"

Mendengar itu, Sintong pun lalu menjawab dengan nada bercanda. "Ya, tadi saya mendapat perintah untuk menangkap orangnya," jawabnya disambut tawa.

Keberhasilan merebut RRI ini membuat G30S kehilangan kekuatannya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved