Nasib Letkol Untung Usai G 30S Gagal, Tidak Sengaja Ketemu 2 Anggota Armed
Setelah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama menjadi Untung Sutopo dan masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang.
Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/Kujang dan Yonif Linud 328/Kujang II.

Kelak, dalam peristiwa G 30S PKI, Banteng Raiders akan berhadapan dengan pasukan elite RPKAD di bawah komando Sarwo Edhie Wibowo.
Setelah G 30S PKI meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya, sebelum kemudian tertangkap secara tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah.
Ketika tertangkap, Untung tidak mengaku bernama Untung.
Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan Komando Operasional G 30S.
Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.
Setelah melalui sidang Mahmillub yang kilat, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada 1966, setahun setelah G 30S meletus.
Fakta yang belum terungkap di Film Pengkhianatan G 30S PKI
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin, menilai pemutaran kembali film G 30S PKI yang beberapa tahun terakhir ini vakum, sangat wajar dan penting dilakukan oleh pemerintah.
"Saya kira sangat wajar dan penting pemutaran film G30S/PKI ini agar bangsa ini tidak melupakan sejarah," kata Din Syamsuddin di sela pembukaan Muhammadiyah Education Awards di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dome di Malang, Jawa Timur, Sabtu (23/9/2017), dikutip dari Antara.
Baca: Lolos dari Lubang Buaya, Ini Kesaksian Kekejaman G 30S PKI
Menurut Din, pemutaran film tersebut merupakan bagian dari penyadaran bangsa Indonesia, khususnya generasi muda saat ini.
Beberapa tahun silam pernah terjadi fakta sejarah bahwa ada pemberontakan yang dilakukan oleh PKI terhadap pemerintahan yang sah.
"Itu fakta sejarah yang perlu diketahui dan menjadi pelajaran bagi kita ke depan, bahwa PKI pernah melakukan pemberontakan. Hanya saja, dalam film tersebut masih ada beberapa yang harus diperbarui kembali karena masih belum lengkap, ada beberapa fakta yang tidak diungkap sama sekali dalam film tersebut, padahal perannya sangat besar," ujarnya.
Menurut dia, fakta sejarah yang belum diungkap dalam film tersebut adalah peran besar para kiai dan ulama dalam memerangi PKI.
"Jangan hanya menampilkan kekejaman PKI saja. Pada masa pemberontakan itu ada peran Soeharto yang dianggap berlebihan itu bisa saja dimasukkan, karena memang itu fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri," katanya.