Dulu Dianggap Tak Berharga, Sekarang Udang Rebon Sudah Ada Pengumpulnya di Tungkal Ilir
Udang Papai atau udang Rebon dikenal sebagai salah satu sumber hasil laut yang dijadikan sebagai sumber penghasilan
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Fifi Suryani
Bahkan untuk bulan tertentu para nelayan tidak melaut, seperti bulan November, Desember dan Januari. Hal itu dikarenakan ombak yang cukup tinggi, dan bisa dipastikan jika melaut tidak akan menghasilkan apapun.
Jila dipaksakan juga bisa berakibat pada alat tangkap menjadi rusak. Untuk itu dalam memenuhi kebutuhan yaitu dengan kerja serabutan.
Karena sudah kebiasaan untuk menahan panas, hujan serta tantangan lainnya dilalui demi memenuhi kebutuhan anak istri. Salah satu pengalaman yang pernah dialaminya yaitu pernah tersesat sehingga harus bermalam ditengah laut, dan melemparkannya jangkar.
Sementara dalam prosesnya, nelayan lainnya Sii As atau Ashar mengatakan proses jemur membutuhkan waktu hingga enam jam, bila panasnya sedang atau tidak terlalu terik.
Baca: Bawaslu Pertanyakan Data DPT
Baca: 310 PNS Pemkot Jambi Pensiun Tahun Ini, 5 Diantaranya Pejabat Eselon II
Baca: 19 Chef Ikuti Cooking Competition Masakan Jambi yang Sudah Diinovasi
Baca: Mendambakan Jambi Punya Pemimpin Seperti Ridwan Kamil
"Bisa sampa enam jam, tergantung cuaca. Kalau hujan apa yg mau dijemur Jemurnya di pelantar atau jerambah sehabis melaut," katanya.
"Dalam melaut, modal yang dibutuhkan sebesar Rp 60 ribu - Rp 100 ribu per pompong (kapal tangkap). Untuk biaya makan dan lainnya," ceritanya.
Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk seharinya untuk membayar upah penjemuran udang tersebut. 10 Jenis alat tangkap, nama bahan waring, dengan sebutan nelayan togok, dan hasil tangkapan udang papay. Bahan Jaring, atau Belat, dengan hasil tangkapan berupa udang kuning, dan ikan. Sementara alat tangkap berupa Jaring, Troll disebut nelayan Sondong, dengan hasil udang kuning, Udang ketak.