SPG Plus-plus, Antara Mencari Sensasi yang Berbeda Hingga Harga yang Ditawarkan Rp 4 Juta
Budi--bukan nama sebenarnya--langsung tersenyum ketika mendengar fenomena sales promotion girl (SPG) nyambi sebagai PSK.
Untuk satu kali kencan, minimal mereka mematok tarif Rp 1 juta, belum termasuk biaya lain-lain seperti makan dan hiburan.
"Karena orang yang mencari SPG plus-plus ini mencari sensasi berbeda layaknya orang pacaran, pergi makan, clubing, nongkrong, baru eksekusi. Berbeda dengan PSK murni yang maunya cuma berhubungan seksual," jelasnya.
Budi mengatakanr, harga itu tentu saja lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan normal mereka sebagai SPG.
Menurut dia, seorang SPG dengan tampilan fisik grade A, yaitu cantik, putih, dan tinggi tarif per harinya minimal Rp 400 ribu untuk delapan jam kerja.
"Untuk SPG grade A ini tarif BO-nya juga mahal, bisa sampai Rp 3 juta-Rp 4 juta sekali kencan," tuturnya.
Seorang SPG yang menjadi PSK, dia menambahkan, mayoritas terdorong karena gaya hidup, bukan lagi kebutuhan.
Mereka ingin tampil serba punya dengan cara singkat. Apalagi terbuka peluang ke jalan itu lewat penampilan fisik menarik dan tawaran dari pihak luar.
"Kalau dibilang kepepet ekonomi tidak juga, karena kebanyakan latar belakang mereka dari orang mampu. Tapi lebih pada gaya hidup. Ada SPG yang kemudian nyambi jadi PSK, tapi ada juga PSK yang ingin mendapat pelanggan memanfaatkan pekerjaan sebagai SPG," imbuhnya.
Budi menilai, menjamurnya fenomena prostitusi membuat ia bersama rekan-rekannya saat ini sangat sulit mencari pekerja wanita berusia 30 tahun yang berpenampilan menarik.
Apalagi dengan upah bulanan yang hanya Rp 2,5 juta.
"Saya jadi sempat berpikir, apakah kesulitan mencari pekerja dengan kriteria itu karena bisnis esek-esek dipandang lebih menjanjikan dibandingkan dengan pekerjaan normal?" ujarnya.