Kisah Praka Soeprapto, Prajurit Kopassus yang Lengannya Tertembak di Aceh

Tak jarang prajurit ini mengalami hal yang memilukan hati atau bahkan membahayakan nyawanya. Kisah tentang Praka Soeprapto ini

Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
Tribun Timur
Pasukan TNI (Kopassus) 

Tertembak!

Tembakan tersebut dilakukan oleh sekelompok anggota GAM, yang diperkirakan berjumlah 35 orang dan bersenjata campuran sekitar 15 pucuk.

Mereka berada dalam jarak pandang sekitar 200 meter.

“Sesuai dengan perintah kami mengejar dan melakukan kontak tembak jarak dekat, sekitar 75 meter. Setelah beberapa saat lamanya baru saya tersadar kalau lengan kiri saya tertembak. Secara insting saya melindungi diri dengan melompat dan berlindung ke parit sambil terus membalas tembakan,” papar Soeprapto.

Karena serbuan tembakan dari para prajurit Kopassus itu, kelompok GAM secara berangsur-angsur mundur melarikan diri ke arah perbukitan.

Pasukan pun mengejar, namun karena sulitnya medan, mereka kemudian kehilangan jejak.

“Pada saat itu saya mengalami pendarahan yang lumayan. Rekan saya membantu dengan menekan dan mengikat pangkal lengan saya agar pendarahannya tidak parah, sambil mengangkut saya dari tempat kejadian ke Puskesmas Indrapuri. Setiba di Puskesmas, saya sudah lemas dan setengah sadar, karena sudah kehilangan banyak darah,” papar Soeprapto yang masuk Secatam Kopassus di Batujajar, Cimahi Jabar, pada 1999.

Baca: Sat 81 Kopassus Bakal Amankan Asian Games 2018, Inilah Kemampuan Mengerikan Pasukan Anti Teror Ini

Pria asal Kediri, kelahiran 3 Desembar 1978 ini mengalami luka yang cukup serius di lengan kirinya, karena peluru sempat menembus tulang lengan kirinya, yang hingga saat ini pun kondisi tangan kirinya sudah tidak normal seperti dulu.

“Sekarang kalau saya push up atau latihan fisik lainnya, tangan kiri saya masih sering kesemutan dan tidak sekuat dulu. Selain itu, untuk memanggul dan menembak pun sudah tidak sebaik dulu,” kata prajurit Komando yang menikah pada 2006 lalu.

Dari pengalaman ini, Praka Soeprato semakin yakin bahwa di tengah medan pertempuran memang segala sesuatu bisa saja terjadi menimpa dirinya.

Meski 2002-2003 dia bertugas sampai 15 bulan di Aceh dalam operasi Baladika, tidak menjamin dirinya lolos dari tembakan lawan.

Dalam pertempuran hukum ditembak atau menembak memang sudah berlaku umum. (Tribunjambi.com/suci)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved