Kisah Duel Maut Perwira Kopassus vs Pemberontak, Aksi 11 Prajurit Halilintar Bekal Pisau Komando
Berbeda dengan pasukan reguler, prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha hanya berbekal pisau komando serta (HT).
TRIBUNJAMBI.COM - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tak diragukan lagi kemampuannya dalam bertempur.
Kopassus memiliki sejarah panjang di berbagai operasi militer baik itu pertempuran, operasi intelejen dan penyusupan pasukan.
Kopassus juga merupakan pasukan elite TNI AD yang ahli dalam perang gerilya.
Perang yang bakal menguras energi dan kekuatan lawan.
Satu diantara kisah keberhasilan Kopassus dalam operasi militer yakni saat operasi di daerah Kalimantan menumpas para pemberontak.
Kisah operasi militer ini ditulis Jenderal (Purn) AM Hendropriyono yang juga pernah menyandang sebagai prajurit baret merah.
Hendropriyono menuliskan dalam bukunya yang berjudul Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2013.
Baca: Kisah Kesetiakawanan Kopassus: Silakan Hukum Saya Tapi Jangan Pecat dari TNI.
Hendropriyono yang memimpin Kopasandha yang sekarang bernama Kopassus sekitar tahun 1968-1974 diterjunkan untuk menumpas gerombolan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).
Berbeda dengan pasukan reguler, prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha hanya berbekal pisau komando serta handy talky (HT).
Pasukan yang berjumlah 11 prajurit itu ditugaskan untuk meringkus Sekretaris Wilayah III Mempawah Siauw Ah San.
Saat itu hanya Hendro yang membawa pistol untuk berjaga-jaga.
Pasukan bergerak pada 3 Desember 1973, sekitar pukul 16.00, tim sudah merayap ke sasaran yang jauhnya mencapai 4,5 km melewati hutan rimba.
Kecepatan merayap ditentukan.
Saat merayap mendekati lokasi yang ternyata dijaga, pasukan terlatih ini kemudian beraksi membereskan lawan.
Di tengah kegelapan malam, anak buah Hendro berhasil melumpuhkan beberapa penjaga secara senyap.
Pukul 22.25 WIB, tim sampai di lokasi yang ditentukan. Namun tak sesuai perkiraan target yang dituju ternyata tidak ada di lokasi.
Baca: Anggota Kopassus Makan Beling, Pasukan Khusus AS Kebingungan, Hasil Referensi Jenderal Benny
Para prajurit yang terlibat misi tersebut kaget saat mendengar kabar dari HT.
Intelijen melaporkan Ah San yang merupakan target operasi tak ada di pondok tersebut.
Mendengar kabar tersebut seluruh tim merasa sangat kecewa.
Pasalnya posisi mereka sudah berada di lokasi, hanya saja ternyata target tak berada di sana.
Mereka pun harus menunggu lagi hingga siang hari.
Baru pukul 14.00 intelijen Kodim Mempawah memastikan Ah San ada di pondok.
Mendengar kabar tersebut, para prajurit yang ditugaskan kembali bersiaga untuk menyelesaikan operasi. Seluruh anggota tim kembali mempersiapkan diri untuk segera menghabisi target.
Mereka kemudian merayap mendekati sasaran, hingga dari jarak 200 meter terlihat pondok kayu rumah persembunyian Ah San.
Tiba-tiba anjing-anjing penjaga pondok tersebut berloncatan ke arah tim Halilintar sambil mengonggong keras.
Hendro segera meneriakkan komando "Serbuuuuu," katanya sambil lari sekencang-kencangnya ke arah pondok.
Baca: Pasukan Elit Sekelas SAS Mengakui Kehebatan Kopassus Karena Kenangan Pahit Mereka di Kalimantan
Dalam serbuan tersebut anak buah Hendro mendahuluinya lima detik tiba di sasaran. Dia mendobrak pintu dan langsung masuk.
Hendro mendobrak jendela dan meloncat masuk.
Hendro berteriak pada Ah San meminta untuk menyerah.
Tapi Ah San enggan menyerah.
Hendro menyuruh anak buahnya keluar pondok.
Dia sendiri bertarung satu lawan satu dengan Ah San.
Dengan sigap Hendro lalu melemparkan pisau komando ke tubuh Ah San.
Tapi tidak menancap telak.
Pisau komandonya telah dilemparkan, Hendro tanpa senjata harus menghadapi Ah San yang bersenjatakan bayonet.
Meski ada senjata yang ditaruh di belakang tubuh Hendro, tapi mengambil senjata dalam keadaan duel seperti itu akibatnya bisa fatal karena rawan diserang musuh.
Duel satu lawan satu kembali tak terhindarkan.
Hendro dengan gerakan cekatan lalu melompat dan menendang dada Ah San.
Ah San yang dalam kondisi kehilangan keseimbangan sebelum terjatuh sempat menusuk paha kiri Hendropriyono hingga sampai tulang, darah langsung mengucur.
Ah San kemudian berusaha menusuk dada kiri Hendro yang kemudian ditangkis dengan tangan.
Lengan Hendropriyono mesti terluka parah karena menangkis serangan Ah San.
Hendro mencoba meraih pistol di belakang Hendro.
Upaya tersebut mengalami kesulitan karena pistol melorot masuk ke dalam celananya.
Butuh perjuangan baginya untuk meraih pistol itu dengan jari-jari yang terluka parah.
Akhirnya Hendro berhasil meraihnya.
Perwira baret merah ini menembak dua kali.
Peluru itu mengenai perut Ah San.
Mengetahui musuhnya terluka Hendro yang kehabisan tenaga lalu melakukan serangan terakhir dengan cara membanting Ah San.
Hendro yang berhasil mendapatkan tubuh lawannya itu lalu menjatuhkan tubuhnya keras-keras di atas tubuh Ah San.
Duel maut itu selesai.
Ah San tewas, Hendro pun terluka parah.
Beruntung anak buahnya segera datang menyelamatkan Hendro.
Luka-luka Hendro dan anak buahnya berhasil disembuhkan.
Hendro mendapat Satya Lencana Bhakti, tanda jasa khusus bagi tentara yang terluka dalam pertempuran.