Misi Pembebasan Sandera oleh Kopassus di Papua dengan Gunakan Peralatan Canggih AS & Singapura

Misi pasukan khusus TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di berbagai tempat selalu menelurkan kisah yang sangat heroik.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kopassus.mil.id
Prajurit penanggulangan teror kopassus tengah beraksi 

TRIBUNJAMBI.COM - Misi pasukan khusus TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di berbagai tempat selalu menelurkan kisah yang sangat heroik.

Misalkan saja misi selama 130 hari, Kopassus berhasil menuntaskan operasi pembebasan sandera di Papua.

Hal ini juga didukung oleh drone yang saat itu juga membantu melihat pergerakan musuh.

130 hari merupakan waktu yang panjang dalam sebuah drama penyanderaan di Mapenduma, Papua.

Dilansir TribunJambi.com dari Indomiliter.com Sebelas peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 mengalami tragedi yang tak terlupakan saat disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik pada 8 Januari 1996.

Lewat perjuangan dan lika liku upaya pembebasan, aksi militer yang dikenal sebagai Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma baru berakhir pada 9 Mei 1996.

Dengan kondisi geografis hutan dan pegunungan yang terjal, bukan perkara mudah bagi pasukan pemburu OPM.

Baca: Keluarga Mantan Penguasa Bungo Turun Ke Gelanggang Politik

Baca: MotoGP Ceko 2018 - Jadwal & Live Streaming di Sirkuit Brno, Latihan Bebas Mulai Jumat 3 Agustus

Karena menyangkut keselamatan sandera yang sebagian adalah warga negara asing, sontak dukungan peralatan mengalir kepada satuan elite Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD yang pada akhirnya berhasil menuntaskan operasi tersebut.

Selain US Army yang meninjamkan peralatan penglihatan malam (Night Vision Goggle), negara tetangga Singapura yang saat itu sudah menjadi pionir dalam dunia drone, turut meminjamkan drone (UAV/Unmanned Aerial Vehicle) intai yang terbilang paling canggih di arsenal AU Singapura (RSAF) saat itu, yaitu Searcher, sosok drone fixed wing buatan Israel Aerospace Industries (IAI).

Seperti halnya peran drone Aerostar dari Skadron Udara 51 yang berperan aktif dalam misi intai di Operasi Tinombala, pun Searcher II dapat memberikan pantauan udara yang dapat mendukung pergerakan pasukan pemburu di darat.

Searcher II bersanding dengan UAV Heron
Searcher II bersanding dengan UAV Heron (TribunJambi.com)

Searcher II bersanding dengan UAV Heron, keduanya menjadi arsenal AU Singapura.

Oleh pihak pabrikannya, Searcher disebut sebagai multi mission tactical UAV yang mengedepankan peran surveillance, reconnaissance, target acquisition, artillery adjustment and damage assessment.

Searcher II dengan bobot (MTOW) 435 kg sanggup membawa payload hingga 120 kg. Disokong satu unit mesin 4 stroke Limbach L 550, 35 kW (47 hp), Searcher II sanggup terbang dengan endurance 18 – 20 jam.

Baca: Nama Cucu Kedua Jokowi Sedah Mirah Nasution, Ternyata Ini Artinya

Baca: Gili Lawa Kebakaran, HP Ayu Anjani Dering Terus, Bilang Wisata ke Taman Nasional Komodo Tetap Aman

Kecepatan maksimum drone ini mencapai 200 km per jam dan dapat terbang sejauh 150 km (Line of Sight) pada ketinggian 6.100 meter.

Yang special dari mesin Limbach L 550 adalah sifatnya yang low noise dan low audio detection.

Sementara payload yang dapat disokong Searcher mencakup sensor Electro Optical (TV & IR), Synthetic Aperture Radar (SAR), dan COMINT & ESM Integration Capability.

Pada dasarnya urusan payload dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna.

Searcher II
Searcher II (TribunJambi.com)

India selah satu pengguna terbesar Searcher II, dengan pembelian 100 unit.

Searcher I
Searcher I (TribunJambi.com)

Sebelum seri Searcher II, IAI telah merilis Searcher I pada awal dekade 90-an. Singapura sendiri disebut-sebut telah mengoperasikan Searcher family sejak 1994.

Negara lain di kawasan Asia Tenggara pengguna Searcher adalah Thailand dan Malaysia.

Meski belum terlihat penampakannya, Indonesia pada tahun 2005 – 2006 pernah disebut mengukuisisi Searcher II.

Dikutip dari Republika.co.id, Bank Leumi dari Inggris dan Bank Union dari Filipina akan menjadi penyandang dana untuk kredit ekspor (KE) pesawat tanpa awak Searcher Mk II produk Israel bagi kebutuhan TNI.

Baca: Namanya Mendunia & Ditakuti, Siapa Sangka 5 Tentara Asing ini Pernah Dipermalukan Pasukan Khusus TNI

Baca: VIDEO: Ratusan Anak Sekolah Sambut Obor Asian Games 2018 di Candi Muaro Jambi

Pembelian ini menggunakan KE 2005 senilai 6 juta dolar AS. Harga satu unit pesawat UAV tersebut saat itu sekitar 6 juta dolar.

Searcher II Spanyol
Searcher II Spanyol (TribunJambi.com)

Searcher II Spanyol dalam laga di Afghanistan.

Kebutuhan akan Searcher II diajukan oleh Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI sekitar Februari 2006.

UAV ini akan digunakan BAIS untuk kegiatan pengawasan seperti di Selat Malaka.

Searcher Mk II digunakan oleh banyak negara.

Bahkan sejak peristiwa WTC 9/11, Amerika Serikat mengunakannya untuk memantau keamanan dalam negeri.

Dalam operasi tempur di Afghanistan, bahkan militer Spanyol sangat mendalkan peran Searcher II untuk mendukung pergerakan pasukan di darat.

Baca: Ancam Mogok Belajar, Ratusan Siswa SMA 7 Kerinci Demo Tolak Kepsek Baru

Baca: Belum Satu Tahun, Sandiaga Uno Sudah Lima Kali Keluar Negeri

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Pembebasan Sandera di Papua oleh Kopassus, Inilah Sosok yang Terlupakan, http://manado.tribunnews.com/2018/07/24/pembebasan-sandera-di-papua-oleh-kopassus-inilah-sosok-yang-terlupakan?page=all.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved