Kisah Soeharto yang Ubah Nama Irian Barat ke Irian Jaya, Berawal dari Bir dan Kencing
Melalui perjuangan bersenjata dengan sandi Operasi Trikora dan diplomasi tahun 1963, Irian Barat berhasil kembali dalam
Dalam kaitan penamaan itu yang dimaksud adalah Papua Nugini sendiri.
Baca: Kisah Ekspedisi Kopassus yang Dianggap Manusia Burung oleh Suku Asli yang Disebut Pemakan Manusia
Menteri Boediardjo pun merasa tersindir namun juga memahami kekhawatiran Menteri Penerangan Papua Nugini itu.
Ia lalu menjamin bahwa Papua Nugini akan aman-aman saja.
Keesokan harinya Boediardjo langsung bertindak cepat dengan menemui Presiden Soeharto.
Ia menyampaikan kekhawatiran Papua Nugini terkait penamaan Irian Barat.
Soeharto yang kemudian tanggap lalu mengganti nama Irian Barat menjadi Irian Jaya.
Tapi sesungguhnya warga Papua ternyata tidak menyukai nama Irian Jaya.
Maka setelah Pak Harto lengser oleh Presiden Gusdur nama Irian Jaya kemudian diganti dengan nama Papua.
Supertasmar, Surat Sakti Soekarno untuk Koreksi Kekeliruan Soeharto Menginterpretasi Supersemar
Polemik Surat Perintah 11 Maret 1966 selama ini lebih tertuju pada peristiwa yang terjadi di Istana Bogor.

Ketika itu, Presiden Soekarno memberi Supersemar kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto melalui tiga jenderal, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen Muhammad Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud.
Namun, ada sejumlah misteri yang belum terjawab selain keberadaan naskah asli atau beda interpretasi antara Soekarno dan Soeharto tentang Supersemar.
Salah satunya adalah Supertasmar, Surat Perintah Tiga Belas Maret.
Ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan Soekarno untuk mengoreksi Supersemar.
Keberadaan Supertasmar ini diungkap kali pertama oleh AM Hanafi dalam buku Menggugat Kudeta Jenderal Soeharto: Dari Gestapu ke Supersemar (1998).