Fahri Hamzah: Kita Cari Pemimpin Negara Bukan Pinpro Pengadaan Jalan dan Pelabuhan Udara
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah melontarkan sindiran kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
TRIBUNJAMBI.COM- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah melontarkan sindiran kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @Fahrihamzah yang diunggah pada Jumat (27/7/2018).
Fahri Hamzah mengatakan jika pemberantasan korupsi itu mudah.
Termasuk menemukan penjahat yang menyiram Novel Baswedan.
Ia pun menanyakan kemana Jokowi? Karena kasus ini tak kunjung selesai.
Baca: Demi Menang Pileg 2019, Ahmad Dhani Mengaku Ganti Nama dan Siap Jual Rumah
Baca: PSI Nihil, Gerindra Jadi Partai Terbanyak yang Memiliki Bacaleg Mantan Napi Korupsi
Baca: Tutup Kaca Kamar Mandi Dengan Koran, Denada Bagi Kisah Pilu Tentang Anaknya yang Idap Leukimia
Fahri mengaku jika dirinya memiliki hak eksekusi, maka semuanya akan ia selesaikan dalam waktu satu hari.
Tak hanya soal korupsi, Fahri Hamzah juga menyinggung APBN negara.
"Pemberantasan korupsi itu mudah...
Menemukan penjahat penyiram novel jauh lebih mudah...
hanya karena kalian bertengkar Gak karuan aja semua jadi kacau...
pertanyaanya, “rakyat dapat apa?”.
Hanya dapat sensasi sambil pajaknya habis dipakai sensasi..masalah Gak selesai!
Kalau aku punya hak eksekusi semua aku selesaikan sehari...
kemana aja bapak jokowi? Pembiaran ini namanya apa?
Kerja..kerja..kerja apa? Uang APBN habis tapi hasilnya apa? Korupsi Gak selesai...
kasus novel Gak selesai..Trus rakyat harus memilih lagi atas dasar apa?

Di negara yg rakyatnya Gak terlalu mau terlibat memeriksa hasil kerja pejabat..
maka sibuk dan sukses itu dianggap sama..bahkan lebih baik sibuk meski gagal daripada santai meski sukses...
sensasi akhirnya menjadi orientasi...basa basi...Wira wiri...pergi sana pergi sini.
Memberantas korupsi itu pekerjaan senyap...karena itu memerlukan kemampuan membaca watak sistem dan penyimpangannya...
menemukan novel itu pekerjaan sederhana dan POLRI jagonya..tapi kenapa keduanya gagal?
Tanya pak jokowi...menurut saya karena memang tidak mau diselesaikan.
#Dosa2Jokowi dalam hukum adalah karena masalah yang harusnya diselesaikan dalam Jangka waktu yang ketat justru diulur dan dibiarkan.
Sampai kita mengalami cap sbg negara tanpa kepastian.
Dan inilah yang menahan pertumbuhan kita.
Semua mandeg dan stagnan.
Kacau dan berantakan.
Ini argumen malam...sadarlah kalian wahai rakyat (saya tidak bicara kepada robot2 cyber Army) tapi kepada yang bernyawa dan punya nalar logika dan perasaan.
Leadership itu kunci. Kita mau cari pemimpin negara bukan pinpro pengadaan jalan dan pelabuhan udara. Tks," tulisnya.
Diketahui, Novel Baswedan disiram air keras usai melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid komplek rumahnya pada 11 Januari 2017 lalu oleh orang tak dikenal.
Mata Novel disiram oleh air keras dan membuat dirinya harus melakukan pengobatan ke Singapura.
Akibatnya, mata kiri maupun kanan Novel terganggu cukup parah.
Hingga kini, aparat kepolisian masih belum bisa menangkap pelakunya.
Sementara itu, kondisi Novel hingga kini semakin membaik
Kondisi penyidik KPK itu menjelaskan dirinya tengah menjalani masa pemulihan mata kirinya.
Diberitakan Kompas.com, Novel Baswedan mengaku masih sering mendapatkan ancaman.
Hal itu terjadi saat ia pertama kali kembali ke Indonesia, setelah hampir setahun mendapat perawatan mata di Singapura.
"Itu pun saya pulang dari Singapura, saya masih diancam, kok," ujar Novel, saat ditemui di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (17/6/2018).
Novel mengungkapkan, pada 22 Februari 2018 lalu, orang yang diduga pelaku penyiraman air keras berada tepat di seberang kali yang berada di depan rumahnya.
Menurut Novel, hal ini membuktikan bahwa penanganan kasus penyiraman air keras yang selama ini diselidiki Polri belum maksimal. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)