Awal Mula Terbentuknya Pasukan Elite 'Kopassus', Ada Campur Tangan Eks Pasukan Khusus Belanda

Pasukan khusus itu juga memiliki pengalaman tempur yang luar biasa seperti Perang Dunia II. Keterampilan satuan tempur ini sangat hebat

Editor: Suci Rahayu PK
Tribunnews
Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Ide dibentuknya pasukan khusus di Indonesia ternyata berasal dari Letkol Slamet Riyadi dan Kolonel A E Kawilarang.

Dua perwira mendapat gagasan tersebut saat menghadapi gerombolan Republik Maluku Selatan (RMS).

Mereka terjun dan memimpin operasi penumpasan RMS di Ambon pada 1950.

Baca: Menyamar, 30 Anggota Kopassus Obrak-abrik Markas Musuh dan Bikin 3.000 Pemberontak Bertekuk Lutut

Misi tersebut dinamai Operasi Senopati. Kawilarang ditugaskan sebagai pemimpin operasi, sementara Slamet Riyadi sebagai komandan penyerbuan.

Melansir dari Intisari, keduanya mengaku kewalahan menghadapi RMS.

Sebab, gerombolan pemberontak itu memiliki keterampilan yang mumpuni.

Mereka diperkuat oleh dua kompi bekas pasukan khusus Belanda KST (Korps Speciale Troepen atau pasukan khusus Belanda) dan KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger).

KST sendiri merupakan hasil penggabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda pada November 1948.

Pasukan khusus itu juga memiliki pengalaman tempur yang luar biasa seperti Perang Dunia II.

Keterampilan satuan tempur ini sangat hebat terutama para penembak jitunya.

Jumlahnya yang sedikit mampu membuat pasukan TNI yang jumlahnya jauh lebih besar kewalahan.

Kembali lagi ke gagasan pembentukan cikal bakal Kopassus, Slamet Riyadi gugur di Ambon sebelum berhasil melaksanakan mimpinya membentuk pasukan khusus.

Ilustrasi pasukan Kopassus & operasi pembebasan sandera di pesawat
Ilustrasi pasukan Kopassus & operasi pembebasan sandera di pesawat (Kolase/TribunJabar)

Akhirnya, Kolonel Kawilarang mewujudkan cita-citanya setelah diangkat menjadi Panglima TT II (sekarang Kodam Siliwangi).

Namun, Kolonel Kawilarang bingung saat akan membentuk pasukan khusus.

Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya terbatas.

Ia membutuhkan orang lain yang paham dan memiliki pengamalan mumpuni.

Kemudian, muncul laporan dari Kepala Seksi I TT III, Mayor Inf Djuchro.

Laporan tersebut berisi penemuan seorang eks pasukan khusus Belanda yang menjadi petani.

Eks pasukan Belanda itu menikahi wanita Sunda dan tinggal di Lembang, Bandung.

Ia bernama Rokus Bernadus Visser, namun warga mengenalnya dengan nama Mochamad Idjon Djanbi setelah menjadi mualaf.

Idjon Djanbi yang pangkat terakhirnya mayor itu direkrut menjadi anggota TNI dan ditugaskan membentuk Kesatuan Komando (Kesko) TT III.

Pasukan khusus itu diresmikan Kawilarang pada 16 April 1952.

Awalnya pasukan itu masih dibawah Daerah Militer Siliwangi, kemudian pada 1953 dialihkan ke Mabes Angkatan Darat.

Baret merah yang menjadi identitas pasukan ini dipilih oleh Idjon Djanbi.

Kesko kemudian menjadi satuan elit TNI AD.

Baca: Kisah Intelijen Kopassus yang Sering Hilang, Sang Istri Tak Pernah Tahu Misi Rahasianya

Namanya berubah beberapa kali, di antaranya Detasemen 81, Grup 5 Anti Teror, dan Satuan 81 Kopassus.

Pasukan khusus dibentuk bukan hanya di angkatan darat, tetapi di angkatan udara dan laut juga.

Seperti Denjaka (4 November 1982) dan Bravo 90 (1990). Pembentukan Denjaka hanya beda beberapa bulan dengan pembentukan Detasemen 81 (Den-81) pada 30 Juni 1982.

TNI AL sebenarnya sudah membentuk Kipam (Kompi Intai Para Ampibi) pada 18 Maret 1961 dan Pasukan Katak (Paska) setahun kemudian. Kipam bisa dibilang cikal bakalnya Denjaka.

Sedangkan Paska dikenal sebagai cikal bakalnya operasi bawah air.

Paska yang sekarang menjadi Kopaska, malah banyak berperan dalam melahirkan pasukan khusus AL Malaysia, Paskal (Pasukan Khas Laut) pada 1983.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Dibentuknya Kopassus, Ada Campur Tangan dari Idjon Djanbi Eks Pasukan Khusus Belanda,

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved