Harga Telur Rp 2.500 per Butir, Begini Penjelasan Pedagang Penyebab Telur Mahal
Harga telur ayam di pasar atas tradisional Sarolangun terus meroket. Tren tersebut terjadi selepas Idul Fitri 1439 Hijriyah/2018 M.
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan wartawan Tribun Jambi, wahyu Herliyanto
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN- Harga telur ayam di pasar atas tradisional Sarolangun terus meroket. Tren tersebut terjadi selepas Idul Fitri 1439 Hijriyah/2018 M. Bahkan di warung harga telur dijual Rp 2.500 per butir
Salah seorang pedagang telur di Pasar Atas Sarolangun, Saipul mengaku tidak terlalu paham penyebab kenaikan harga telur. Pokoknya jika harga beli dari distributor langganannya naik, maka harga jualnya pun naik.
Menurutnya, kenaikan harga telur memang sudah semenjak empat hari belakangan ini dan berasal dari agen ayamnya sendiri yang mengalami gagal panen.
"Dari toke lah mahal, katonyo ternak banyak mati, kini ayam yang mati tu di kuburnyo dalam-dalam pakek alat berat, kareno takut ado penularan ke ayam lain," katanya kepada tribunjambi.com, jumat (13/7)
Dengan adanya kenaikan harga ini, ia mengeluh karena kehilangan pembeli dalam beberapa hari terakhir.
"Pembeli jadi berkurang, akibat naik lagi hargo, jualan kalok dak naik biso 30 ikat, sekarang 10 sampai 15 ikat nian lah hebat,” jelasnya.
Ia mengharapkan kenaikan ini tidak berlarut sampai lama dan cepat doa atasi.
"Yo kalok macam ni tergantong toke lah lagi, semoga be biso stabil lagi," ungkapnya