Dataran Tinggi Dieng 'Diserbu' Bun Upas, Bagaimana Fenomena 'Embun Racun' ini Terjadi?

Embun beku hadir menghampiri dataran Dieng, Jawa Tengah buat masyarakat dikejutkan oleh fenomena embun beku pada Jumat (6/7) dini hari.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribunjateng.com/Khoirul Muzaki
Tanaman pertanian di desa Sembungan Kejajar Wonosobo terkena embun beku. 

TRIBUNJAMBI.COM - Embun beku hadir menghampiri dataran Dieng, Jawa Tengah buat masyarakat dikejutkan oleh fenomena embun beku pada Jumat (6/7) dini hari.

Orang-orang setempat menyebut fenomena itu sebagai bun upas alias embun beracun.

Bun upas menyebabkan seluruh permukaan tanah, rumput, pohon, hingga bangunan rumah dan candi menjadi putih laiknya tertutup salju.

Baca: Tertangkap Tangan Bawa Ganja, Begini Nasib Erwin Kemudian

Penampakan rumput dan pepohonan yang membeku diselimuti es dibagikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Seperti dikutip TribunJambi.com dari Grid.ID melalui akun Twitternya, Sutopo membagikan sejumlah foto penampakan kondisi lingkungan yang diunggah pada 6 Juli 2018.

"Embun es menutup permukaan tanah dan lahan pertanian di Pegunungan Dieng.

Baca: Fenomena Embun Beku Bernama Bus Upas di Dieng: Ini 8 Kota Paling Dingin di Indonesia

Fenomena dinginnya cuaca saat ini adalah normal saat kemarau.

Cuaca cerah siang hari menyebabkan potensi terjadinya hujan menjadi minim.

Angin dominan dari Australia bersifat kering," tulis @Sutopo_PN dalam tweetnya.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Parayudhi menjelaskan Bun Upas merupakan fenomena yang terjadi akibat uap air yang terkondensasi secara alami dan mengalami pembekuan akibat suhu ekstrem di kawasan tersebut akhir-akhri ini.

Secara umum, lanjut dia, Jawa Tengah sudah memasuki musim kemarau, termasuk daerah Dieng, Banjarnegara.

Pada musim kemarau, peluang terjadi hujan sangat kecil karena tidak banyak tutupan awan yang berpotensi hujan.

Baca: Paling Digandrungi Anak Muda, Berikut Fitur dan Harga Xiaomi Redmi Note 5 Series

Hal ini mengakibatkan energi panas matahari yang terpantul dari bumi langsung hilang ke atmosfer.

Tidak adanya pantulan panas matahari yang dikembalikan oleh awan menyebabkan udara di permukaan relatif lebih dingin.

“Kondisi ini jika terjadi terus-menerus akan menyebabkan udara semakin dingin,” katanya.

Berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Banjarnegara (ketinggian 608 mdpl), tercatat suhu udara rata-rata dalam 4 hari terakhir (1–4 Juli) berkisar antara 20,7 – 23,4 derajat celsius dan suhu minimum dapat mencapai 18,2–19,2 derajat celsius.

Dengan asumsi bahwa setiap kenaikan ketinggian 100 m terjadi penurunan suhu 0,5 derajat celsius, maka di daerah Dieng yang memiliki ketinggian sekitar 2065 mdpl, diperkirakan suhu udara rata-rata dalam 4 hari terakhir (1–4 Juli) berkisar antara 13,7–16.4 derajat celsius dan suhu minimum dapat mencapai 11,2–12,2 derajat celsius.

Baca: Wow! 3 Fakta Unik Rumah Cristiano Ronaldo Jika Membela Juventus, Sewanya Sampai Rp600 Juta Sehari!

Perlu diketahui bahwa tanah lebih mudah menyerap panas dan lebih mudah melepaskan panas.

Ditambah dengan topografi Dieng yang berupa dataran tinggi, kondisi ini berdampak suhu udara dapat mencapai nol derajat celcius dan menyebabkan uap air atau embun membeku.

“Masyarakat Jawa mengenalnya dengan istilah ‘Musim Bediding’ dimana terjadi perubahan signifikan suhu di awal musim kemarau. Akibat langsung dari perubahan suhu udara tersebut adalah munculnya fenomena embun es di Dieng, yang dikenal masyarakat dengan istilah ‘bun upas’ atau embun beracun,” ujar Setyoajie.

Butiran embun yang melapisi tanaman dan rerumputan berubah mengkristal serupa es batu.

Hamparan tanaman hijau di perkebunan warga berubah memutih bak salju di negeri empat musim.

Embun beku kali ini terbentuk cukup tebal. Fenomena alam ini bahkan mencakup wilayah cukup luas.

Baca: Balas Cemoohan, Penjaga Gawang Liverpool ini Pamerkan Liburan Mewahnya

Dikutip dari Tribun Jateng, Selain muncul di seputar kawasan Candi Arjuna Dieng Banjarnegara, fenomena langka ini juga muncul hingga kawasan wisata Bukit Sikunir di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo.

"Mulai dari Sikunir, Dieng, kena semua,"kata Bukhori, warga Desa Sembungan Wonosobo

Fenomena embun beku ini ditandai dengan penurunan suhu hingga minus 5 derajat celcius.

Gejala bun upas sebetulnya telah disadari warga sebelumnya.

Masyarakat Dieng mensinyalir gejala alam yang menandai munculnya fenomena tahunan itu.

Menurut Bukhori, sejak tiga hari lalu, suhu di dataran tinggi Dieng amat panas.

Kemudian cuaca berubah mendung kehitaman, namun tiada angin berhembus kencang.

Baca: Santri Ini Mau Bikin Kalung dari Proyektil, Peluru Meledak Saat Dipukul, Kena Pelipis

Fenomena bun upas juga ditandai penurunan suhu yang drastis.

Bukhori mengatakan, suhu Dieng saat ini sangat dingin hingga membuat tubuh menggigil.

"Mulai tiga hari lalu panas banget, terus mendung kehitaman, sunyi gak ada angin ya jadi es. Tubuh menggigil terasa kaku,"katanya

Secara kasat mata, embun beku menampilkan pemandangan yang cantik karena tanaman hijau berubah mengkristal bak salju.

Tetapi fenomena ini justru melahirkan kecemasan bagi petani di Dieng.

Bun upas oleh petani bahkan disebut embun beracun lantaran bisa merusak tanaman pertanian.

Tanaman produktif warga yang kebanyakan berjenis kentang pun terancam mati.

Petani harus siap menanggung rugi karena gagal panen. Padahal, rata-rata tanaman kentang warga telah berusia antara 1 bulan hingga 2 bulan.

Baca: Pengelola Ponpes dan Polisi Jenguk Korban Letusan Peluru

Saat terik tiba, es yang melapisi tanaman akan mencair atau pecah.

Saat itu, tanaman biasanya akan langsung layu. "Lahan saya kena sebagian,"katanya. (Dewi Lusmawati)

SUMBER: Intisari Online

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved