Konon Akurat 95 Persen, Begini Memperkirakan Datangnya Kematian Pakai Al Google

Tidak ada orang yang benar-benar bisa memprediksi kematian seseorang, dokter sekalipun.

Editor: Suci Rahayu PK
Ilustras 

Sedangkan pada rumah sakit kedua menunjukkan akurasi 93 persen.

"Ini secara signifikan lebih akurat daripada model prediksi tradisional," tulis para peneliti dalam laporannya dikutip dari The Independent, Rabu (20/06/2018).

"Model ini mengungguli model prediktif tradisional yang digunakan secara klinis dalam semua kasus. Kami percaya bahwa pendekatan ini dapat digunakan untuk membuat prediksi yang akurat dan scalable untuk berbagai skenario klinis," sambung mereka.

Dalam salah satu studi kasus, algoritma Medical Brain ini memberi seorang wanita penderita kanker payudara metastasis 19,9 persen kemungkinan meninggal di rumah sakit dengan menggetarkan 175.639 poin data dari catatan medisnya.

Ini berbeda jauh dengan prediksi tradisional yang dilakukan.

Angka Peringatan Dini rumah sakit hanya menunjukkan 9,3 persen peluang untuk meninggal dunia.

Sayangnya, kecerdasan buatan itu benar.

Dalam dua minggu, pasien tersebut sudah meninggal.

,

Kontroversi

Menggabungkan teknologi semacam ini dengan bidang kesehatan bukanlah hal yang mudah.

Ada banyak ketakutan dan dukungan terkait dengan hal ini.

Selama Berabad-abad American Medical Association mengakui dalam sebuah pernyataan bahwa menggabungkan AI dengan dokter manusia dapat membawa manfaat yang signifikan.

Meski begitu, asosiasi medis tersebut menyatakan bahwa alat-alat AI harus "berusaha untuk memenuhi beberapa kriteria utama, termasuk transparan, berbasis standar, dan bebas dari bias."

Baca: Batalkan Hukuman Mati, Inilah Keadilan untuk Noura, Remaja Sudan yang Bunuh Suaminya

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Dr Mikhail Varshavski, dokter perawatan keluarga.

Menurutnya, menghubungkan sejumlah besar informasi kesehatan dapat bermanfaat bagi pasien, tapi kuncinya adalah privasi data.

"Hal yang mengkhawatirkan bagi saya adalah apa yang terjadi dengan data ini dan siapa yang memiliki data ini?" Katanya.

"Saya berharap, sebagai dokter, bahwa perusahaan-perusahaan ini menggunakan data untuk menguntungkan pasien, bukan perusahaan itu sendiri," tambahnya.

Selain itu, Varshavski juga mengingatkan perlunya pengawasan terhadap teknologi ini. (Kompas.com/ Resa Eka Ayu)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved