Inspirasi Bisnis

WAH! Calon Sarjana di IPB Ini Punya Penghasilan Ratusan Juta. Ini Bisnis Kuliner yang Dikelolanya

Mahasiswa Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) ini sukses berbisnis nasi burger. Dari bisnis ini,

Editor: Fifi Suryani
Istimewa

Gandeng investor

Tentu, selama menjalani bisnis NasiHut, Khoirul pernah merasakan pengalaman tidak menyenangkan. Contoh, karena yang jadi reseller adalah mahasiswa, maka setoran hasil penjualan sering seret.

Separuh dari mereka telat bahkan tidak menyetorkan uang hasil penjualan. “Kalau berurusan sama mahasiswa kan seringnya nanti dulu. Alasannya, uang mereka pakai untuk biaya fotokopi lah, nge-print lah. Cukup mengganggu arus kas, sih,” bebernya.

Namun, karena ongkos pembuatan nasi burger murah dan produksinya banyak, itu tak sampai membuat bisnis NasiHut berhenti. “Cuma, dengan ada sistem market leader, arus kas tetap lancar dan aman. Kan, ada semacam kontrak kerjasama antara si market leader dengan reseller,” ujar dia.

Pengalaman tidak mengenakkan lain, ada reseller yang membuat sendiri usaha nasi burger. “Tapi ya, sudahlah, toh saya enggak boleh menghambat rezeki orang. Namun entah kenapa, pasti customer balik lagi ke kami karena tahu pelopornya siapa,” tambah Khoirul.

Saat ini, NasiHut memproduksi 1.000 nasi burger per hari untuk tiap kota, dengan harga tetap Rp 5.000 per buah. Itu berarti, total mencapai 4.000 buah sehari. Sayangnya, Khoirul menolak buka-bukan untuk urusan pendapatannya.

NasiHut juga sudah mengeluarkan produk baru. Misalnya, rice bowl yang meluncur saat bulan puasa lalu yang juga ditawarkan sebagai menu sahur. “Saya ingin saat para mahasiswa bangun untuk sahur, makannya langsung NasiHut,” ujarnya.

Rencana lainnya, Khoirul ingin usahanya berbentuk perseroan terbatas (PT). Sekarang, ia sedang dalam proses legalitas pembentukan PT.

Sebab, dia mengaku, ada banyak investor yang mau masuk ke NasiHut. Tapi, ada tiga calon investor yang potensial karena cocok dengan visi dan misinya.

Setelah PT terbentuk, langkah pertama Khoirul adalah mencari koki yang bagus dan berkualitas. Soalnya, ia ingin standar masakannya seperti jaringan restoran cepat saji, bukan standar makanan rumahan.

“Sampai sekarang saya sebetulnya tidak punya chef. Karena keterbatasan saya dalam bidang makanan, jadi saya perlu chef berkualitas,” ungkapnya.

Habis itu, Khoirul ingin mewujudkan mimpinya, bisa masuk ke kampus-kampus di seluruh Indonesia. “Dengan standar dan bahan yang memang kalau bisa dari kami,” kata dia.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved