Inspirasi Bisnis

Masih SMA Punya Penghasilan Jutaan - Upgrade Harga Ikan Hias Indonesia Hingga 100 Kali Lipat!

Pengalaman hidup Nicholas Kurniawan pantas diancungi jempol. Terlahir dari keluarga kurang mampu, memaksanya harus kehilangan

Editor: Fifi Suryani
Dok. Pribadi

Contoh, ikan tigerfish. Lima tahun lalu, harganya cuma Rp 5.000–Rp 10.000 per ekor. Kini, harganya bisa meningkat 100 kali lipat, yakni Rp 500.000–Rp 1 juta.

Tanpa bermaksud sombong, ia menyebutkan, banyak yang mengakui, harga ikan hias di Indonesia bisa bagus lantaran peran dirinya. Ini berkat strategi promosi yang gencar lewat saluran online ke seluruh dunia. “Bahkan, yang menetapkan harga adalah saya. Sebelumnya, kan, orang banting-bantingan harga,” ungkap Niko.

Alhasil, harga ikan hias Indonesia perlahan bisa naik. “Boleh dibilang, saya berjasa meningkatkan industri ikan hias di tanah air. Sehingga, banyak orang yang sejahtera karena ikan hias. Ke depan bisa lebih baik, jangan malah hancur,” tegasnya.

Sejak awal berbisnis, Niko memang berjualan ikan hias melalui kanal daring, baik situs maupun media sosial. Sebab, cara ini jadi salah satu kunci kesuksesan dalam berbisnis, harus bersentuhan dengan teknologi. Terlebih, pemasaran online tanpa biaya.

Selain bikin laman yang menarik, ia juga membuat tagar alias hashtag tropicalfish. Tujuannya, agar calon pembeli bisa dengan mudah menemukan informasi mengenai ikan hias yang dia sampaikan.

Meski begitu, perjalanan bisnis ikan hiasnya tidak melulu mulus. Niko pernah kena tipu pemasok. Sudah mengirim uang Rp 30 juta yang seharusnya buat biaya masuk ke Universitas Prasetiya Mulya, tapi pesanan tidak kunjung datang dan si supplier menghilang.

Pengalaman pahit lainnya adalah banyak ikan yang mati gara-gara belum punya banyak akuarium. Waktu awal ekspor juga begitu. Banyak ikan yang dia kirim mati di tengah jalan karena salah mengemas.

Pelajaran berharga dari semua kejadian pahit itu adalah: harus terus belajar, jangan pernah merasa puas, serta mesti lebih mawas diri. “Uang saya saja sekarang mungkin ada ratusan juta masih di pemasok. Tapi, ya, sudahlah, namanya bisnis memang selalu ada seperti itu. Ada hutang dan piutang juga,” kata Niko.

Filosofi semut

Dan, meski sukses di bisnis ikan hias, Nicholas ternyata gagal di bidang usaha lainnya. Sambil membesarkan usaha ikan hias dan kuliah, dia pernah menjajal bisnis properti dan kuliner, dengan berkongsi dengan sejumlah teman.

Cuma, kedua bisnis itu gagal total. Bisnis properti tidak semudah yang dia bayangkan, apalagi modalnya harus besar. Kuliner juga bukan bisnis yang gampang lantaran banyak sekali saingan.

Dan, “Saya juga tak terlalu menguasai kedua bisnis itu. Setelah lulus kuliah tahun lalu, saya benar-benar fokus bisnis ikan hias dan merasakan lonjakan omzet yang luar biasa,” ujar penulis buku Die Hard ANTrepreneur: Born a Leader, Made a Champion ini.

Buku yang ia rilis 2014 itu mengupas tentang dua filosofi bisnis utamanya yakni die hard dan ant (semut). Niko menjelaskan, kedua filosofi ini merupakan kunci utama dari awal merintis bisnis ikan hias.

Filosofi die hard mirip dengan film Die Hard yang dibintangi Bruce Willis. Seorang pengusaha harus beraksi seperti Bruce Willis, tidak takut mati dan terus berjuang, walau berbagai cobaan menerpa.

Sementara filosofi semut, dia bilang, pengusaha yang sukses harus memiliki mentalitas seperti semut. Meski dari luar kelihatan lemah, semut sejatinya sangat kuat. Dia sanggup memikul beban dengan berat tiga kali dari berat tubuhnya.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved