Ternyata Pangeran Charles Miliki 'Dukun' Tempat Dirinya Curhat dan Berkeluh Kesah

Dia juga penulis buku terlaris, yang percaya akan mimpi dan 'suara gaib'. Benarkah semua catatan dalam autobiografinya?

Editor: Andreas Eko Prasetyo

Sebagai guru kebatinan, tema ajaran dan asas falsafahnya bersumber pada sebuah 'suara gaib' yang didengarnya pertama kali pada tahun 1942, ketika dia tertangkap Jepang di P. Jawa. Konon dalam peristiwa tersebut, 'suara gaib' itu berhasil menyelamatkan nyawanya.

Baca: Wah, Puasa Punya Manfaat Lain Bagi Kesehatan, Lho!

Ketika memimpin operasi gerilya misinya itu, Sir Laurens tertangkap Jepang dalam suatu penyergapan. Dia pada waktu itu sedang berjalan seorang diri menuruni sebuah jalan setapak di daerah pegunungan.

Pada saat itulah dia mendengar sebuah 'suara gaib'. Berkat bisikan 'suara gaib' itu Van der Post menjawab perwira Jepang yang menangkapnya, bahwa para anggota misinya telah mati semua karena serangan tifus.

Selanjutnya 'suara gaib' dalam dirinya itu minta kepada si perwira Jepang untuk diperbolehkan kembali mengangkut seorang prajurit yang terluka parah, tetapi masih hidup. Permintaan itu dikabulkan si perwira Jepang asal cepat dan segera kembali.

Kesempatan itu dipakai Van der Post untuk memberi tahu para perwira misinya dan membantu pelarian mereka. Dia juga berhasil mengelabui si perwira Jepang untuk 'meninggalkan daerah tersebut tanpa memeriksa lebih jauh.

Terdampar di P. Jawa

Kisah kepahlawanan Sir Laurens berawal di P. Jawa pada tanggal 18 Februari 1942, tiga hari setelah Singapura jatuh ke tangan Jepang. Ketika itu Kapten Van der Post mendarat di P. Jawa dan melapor ke Markas Besar Jendefal Wavell di Lembang.

Dia baru saja menyelesaikan masa tugas di Timur Tengah, di bawah pimpinan Mayor (kemudian  Jenderal) Orde Wingate. Atasannya ini rupanya merekomendasikan Van der Post untuk suatu  tugas perang gerilya di Timur Jauh.

Baca: TANYA USTAZ: Puasa Tapi Tidak Salat? Ini Dampaknya Bagi Puasa Orang yang Melakukan

Van der Post sebenarnya membayangkan akan ditugaskan di Birma. Namun, dia akhirnya ternyata sampai ke pulau yang menghadapi bahaya besar akan segera diduduki musuh.

Pendudukan P. Jawa oleh Jepang diduga hanya merupakan soal beberapa hari. Selain dianggap sebagai mata rantai strategis paling penting dalam garis pertahanan Jepang, pulau itu juga merupakan daerah Hindia Belanda yang paling padat penduduknya.

Pihak Sekutu tidak siap menghadapi lawan yang begitu tangguh. Kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Laut Sekutu telah menderita pukulan besar dalam serangan-serangan lawan sebelumnya.

Meskipun perlawanan mereka tidak mengecewakan, tetapi tidak  seimbang untuk menghadapi Angkatan Laut Jepang yang begitu perkasa, terdiri atas enam divisi (sekitar 100.000 orang), didukung 500 pesawat tempur dan 400 pesawat pengebom.

Menurut sejumlah laporan, pada waktu itu masih ada pasukan Inggris yang berkeliaran di belakang garis pertahanan Jepang di Malaya. Mereka ini 'tergabung dalam kesatuan-kesatuan darurat.

Baca: Bom Surabaya, Begini Nasib 7 Anak Teroris Saat Ini, Memilukan

Ada pula petunjuk bahwa masih banyak perwira tinggi Inggris yang bergerak bebas di P.  Singapura. Direktur Intelijen Militer di Lembang minta kesediaan Van der Post untuk membentuk sebuah regu penyelamat.

Van der Post menyanggupi permintaan itu. Menurut gagasannya, asalkan bisa mencapai pantai  timur Sumatra, dia bisa memanfaatkan jalur laut antara pantai Melayu Sumatra dan Malaya Inggris.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved