Terungkap! Sebelum Mundur Pada 21 Mei 1998, Hal Ini yang Dialami Soeharto. Ia Merasa Terpukul!
Kisah kejatuhan rezim Orde Baru pada 20 tahun lalu tidak bisa dilepaskan dari aksi penolakan 14 menteri
Pada sore itu, dia mendapat laporan mengenai rencana penolakan 14 menteri untuk masuk Kabinet Reformasi dari Ginandjar Kartasasmita.
Respons Habibie saat itu, "Apakah Anda sudah bicarakan dengan Bapak Presiden?"

Ketika itu Ginandjar mengaku belum membicarakannya dengan Soeharto.
Namun, mereka sudah melaporkannya secara tertulis dan menyerahkannya kepada Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, anak sulung Soeharto yang juga menjabat Menteri Sosial.
Kepada Habibie, Ginandjar mengatakan bahwa 14 menteri ini hanya tidak mau bergabung Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Namun, mereka masih melaksanakan tugas sebagai menteri hingga Kabinet Pembangunan VII dibubarkan.
Baca: TNI dan Polri Berjaga di Kompleks Gereja Santa Teresia Jambi
Baca: Gary Cahill Anggap Gelar Juara Piala FA Jadi Penyelamat Chelsea Musim Ini
Baca: Keren, Tim Unja Raih Sejumlah Medali Meskipun Dengan Lapangan Seadanya
Setelah mendengar laporan Ginandjar, sebuah kabar mengejutkan kemudian didengar Habibie.
Sekitar pukul 17.45 WIB, dia mendapat telepon dari Menkeu Fuad Bawazier.
Fuad yang tidak ikut menandatangani "Deklarasi Bappenas" itu mengonfirmasi kabar mengejutkan yang dia dapat: Habibie berniat mundur sebagai wapres.
Mendapat pertanyaan itu, Habibie langsung menjawab.
"Isu tersebut tidak benar. Presiden yang sedang menghadapi permasalahan multikompleks tidak mungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut," demikian jawaban Habibie kepada Fuad Bawazier.
Soeharto terpukul Kompas menulis bahwa laporan tertulis 14 menteri itu baru diterima Soeharto sekitar pukul 20.00 WIB.
Soeharto menerimanya dari tangan ajudan, Kolonel Sumardjono.
Saat menerima surat itu, Soeharto langsung masuk ke kamar di kediamannya, Jalan Cendana Nomor 8, Jakarta Pusat.
Soeharto digambarkan begitu kecewa saat membaca surat itu.