Gunung Merapi Meletus Tanpa Pertanda, Begini Penjelasan Surono, 'Sang Juru Kunci'
Ini menjadi tanda tanya besar bagi sebagian masyarakat. Apakah memang lazim letusan freatik Gunung Merapi meski tanpa gempa vulkanik
"Namun pada dasarnya, seperti yang dituliskan pada hukum-hukum ilmu pengetahuan alam, banyak ditulis berdasarkan kondisi empiris alam," sambungnya.
Dia mencontohkan hukum Newton yang ditulis ketika apel jatuh ke bumi.
"Kan hukum itu ditulis setelah apel jatuh ke bumi, bukan hukum ditulis baru apel jatuh ke bumi," ujarnya.
"Dalam suatu hukum alam yang disebut termodinamika, akhir suatu proses, dalam hal ini letusan gunung api, itu merupakan akhir dari suatu proses kegiatan," katanya.
"Bahwa akhir dari suatu proses dari kejadian alam itu bergantung pada proses saat ini, tidak harus sama dengan masa lalu," sambung Surono.
2010 dulu, ketika berbicara dengan masyarakat, Surono mendapat info bahwa Merapi akan meletus jika terlihat api diam.
Namun, pada 2010, Surono justru mengatakan mungkin api diam tidak akan terlihat tapi langsung meletus.
Apa yang dibicarakan Surono terbukti. Tanpa terlihat api diam, Merapi meletus.

Sama seperti kondisi yang sekarang ini, bahwa pasti ada tanda-tanda (letusan) sekecil apapun," katanya.
"Oleh karena itu, ada ahli gunung api. Kenapa? Karena kalau hanya dari pengalaman kita hanya perlu pengamat saja," katanya.
"Ahli vulkanologi diperlukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan," sambungnya.
Menurutnya, ahli mempunyai dasar pengetahuan yang kuat untuk bisa mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.
"Alam itu jujur, misalnya Merapi meletus freatik ya freatik benar. Tidak pura-pura freatik, magmatik, atau freomagmatik," katanya.
"Nah, kita berani jujur atau tidak bahwa ada tanda-tanda seperti ini. Kejujuran inilah yang bisa mendidik masyarakat," sambungnya.
Freatik atau Magmatik? Ketika ditanya apa jenis letusan Merapi hari ini, Surono menyebut masalahnya kini bukan pada jenis letusan.