Ini Cara Mengidentifikasi Teroris, BNPT: Semua Orang Ada Potensi yang Sama Jadi Teroris
Saat ini semua orang punya potensi yang sama menjadi teroris. Bisa masyarakat biasa, pemuda, akademisi, hingga pejabat pemerintah.
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muzakkir
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Ada anggapan di masyarakat jika penampilan seseorang "sedikit berbeda" dengan masyarakat pada umumnya, bisa dicurigai sebagai teroris. Apalagi, orang tersebut hampir sama dengan ciri-ciri teroris yang diamankan aparat.
Untuk mengantisipasi anggapan warga tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jambi, menggelar diskusi Penguatan Aparatur Desa/Kelurahan dalam Menangkal Radikalisme.
Pejabat BNPT, Letkol (Sus) Solihudin Nasution, mengatakan saat ini terorisme melakukan kegiatannya sudah tidak offline lagi. Mereka sudah menyebarkan pahamnya lewat kegiatan online.
Katanya, saat ini semua orang punya potensi yang sama menjadi teroris. Bisa masyarakat biasa, pemuda, akademisi, hingga pejabat pemerintah.
“Sama seperti narkoba, semua orang berpotensi sama menjadi pengkosumsi narkoba,” kata Solahudin.
Saat ini, lanjut Solahudin, BNPT sudah punya alat teknologi untuk melihat konten-konten negatif yang mengarah ke radikal terorisme.
Baca: Ini Waktu yang Tepat Mengonsumsi Pisang, Agar Manfaatnya Tercapai
Baca: 4 Zodiak Ini Sangat Suka Menyendiri, Bahkan Traveling pun Suka Sendiri
Baca: 28 Pria Asing Terjaring pada Pesta Ganti Pasangan dengan Wanita Lokal
“Ini sebagai cara untuk mengidentifikasi aktivitas mereka. Yang jelas, tugas ini adalah tugas bersama BNPT, stakeholder, dan masyarakat,” ucapnya.
Terkait kasus terorisme ini, kata Solihudin, diperlukan sinergitas untuk menangkal dan menghadapinya. Katanya, BNPT tidak mampu menjangkau secara keseluruhan.

Seperti kejadian di Bandung, pelakunya seorang yang pernah di lapas. Dia mengulangi aksinya karena setelah keluar dari lapas, masyarakat tidak mau tahu dengan aktivitasnya dan akhirnya dia melakukan aksi itu lagi.
“Jadi hendaknya ketika para narapidana terorisme itu keluar dari lapas, kita antar ke masyarakat. Kita antar ke bupatinya. Kita antar ke kepala desanya,” katanya lagi.
Solahudin menjelaskan sebenarnya terorisme ini adalah korban.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka berbuat tindakan negatif tersebut. Di antaranya desakan ekonomi, ketidakpuasan pada pemerintah, rasa empati, mudah terpengaruh, dan juga bisa karena dendam.
“Untuk diketahui saja, butuh waktu hanya lima menit saja untuk mengubah mindset seseorang menjadi radikal. Dan hanya butuh waktu dua jam saja untuk melakukan brainwash dan menjadikan mereka sebagai pengantin (peledak bom, red),” ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), M Hamdan Basyar, mengatakan mengidentifikasis orang teroris tak bisa hanya sekedar menilai dari tampilan fisik saja.
Kata Hamdan, perbedaan teroris dan bukan teroris bisa dilihat dari berbagai kriteria, bukan Cuma dengan tampilan fisik saja, namun teroris ini bisa dicurigai dengan perilaku kehidupannya sehari-hari.
Selain itu, biasanya mereka menggunakan identitas palsu. Mereka juga biasanya tinggal tanpa izin dengan ketua RT atau kepala desa setempat.
“Secara fisik, sulit mengidentifikasi teroris. Celana cingkrang bukan berarti teroris,” kata Hamdan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, masyarakat juga bisa mengidentifikasi dengan melihat apakah seseorang itu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar ataupun tetangganya, dan apakah mereka membeli bahan kimia dalam jumlah besar.
“Biasanya mereka juga biasanya menyebarkan informasi, buku, pamflet, ataupun video. Mereka juga sering mengunjungi situs atau website radikal,” katanya Hamdan.
Hamdan menilai perlu dilakukan hubungan komunikasi di tengah masyarakat. Terutama dengan membangun komunikasi positif dengan TNI, Polri, pemerintah daerah, dan juga antar sesama warga.
“Perlu juga dibangun komunikasi antar warga melalui kegiatan keagamaan, dan lainnya,” ucapnya.
Untuk mengatasi hal itu, Hamdan mendorong kepada pemerintah desa untuk membuat aturan, dan membat peta geografis, demografis, sosiologis, ekonomi dan politik untuk sebagai cara mengantisipasi bahaya radikal terorisme ini.
Acara yang digelar dengan ketua panitia Said Pariq itu digelar di sebuah hotel di Kota Jambi. Hadir diacara tersebut perwakilan Dandim 0415/Batanghari, Polres Muaro Jambi, kepala desa/lurah, camat, Babinkamtibmas, Babinsa, dan pihak terkait lainnya se-Muarojambi.
Ketua FKPT Provinsi Jambi, Ahmad Syukri Saleh, mengatakan pada tahun ini ada lima kegiatan yang akan dilaksanakan FKPT di Provinsi Jambi. FKPT akan menyasar berbagai kelompok masyarakat sebagai cara untuk menangkal tumbuh kembangnya aksi radikal terorisme.
“Kalau ada yang mencurigakan, asing, tidak lazim, itu perlu kita waspadai. Kalau semua bergerak, insya Allah Jambi bisa tenang dan damai,” kata Ahmad Syukri.
Baca: Berkilah Hamil Duluan, Video Baby Margaretha Ini Berkata Lain, Padahal Baru Sebulan Menikah