Saco-J 11 Tahun Eksis di Jambi, Utamakan Safety Riding

“Secara visi misi tentu pertama mencari kawan sesama pecinta Satria untuk tetap saling bersilaturahmi. Kami ...."

Penulis: Nurlailis | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Nurlailis
Satria FU community Jambi (Saco-J). Komunitas berdiri sejak 2006. 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Nurlailis

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Ada banyak komunitas motor di Jambi, satu di antaranya Satria FU Community Jambi (Saco-J). Komunitas itu berdiri sejak 2006.

Ketua klub, Lana, mengungkapkan belum pernah vakum namun memang ada pasang surutnya.

Secara latar belakang terbentuknya Saco-J ini ia menceritakan waktu zaman keluar FU pertama kali motor ini lagi populer. Saat itu orang sering buat motor ini buat balap liar, bahkan jambret. Untuk itu pendiri mendirikan klub untuk mengubah imej bahwa pengguna FU selalu ugal-ugalan itu mau diubah, pengguna satria itu juga bisa tertib dan peduli sesama.

“Secara visi misi tentu pertama mencari kawan sesama pecinta Satria untuk tetap saling bersilaturahmi. Kami mengumpulkan sebanyak-banyaknya pengguna FU di Jambi dalam rangka saling berbagi pengalaman,” ceritanya kepada tribunjambi.com.

Adapun kegiatan yang rutin dilakukan adalah kopdar ditiap malam minggu, ada juga kopdar gabungan tiap bulan, juga jambore, rakorwil, selebihnya kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan dengan mengikuti tabligh akbar. Biasanya kegiatan sosial dilakukan dengan mengumpulkan baju bekas, sembako, uang yang diberikan kepada yang kurang mampu.

Baca: Persiapan Sudah Matang, Siswa SMP yang Takut Tidur Sendiri Batal Menikah? Sebabnya

Baca: Gugat Cerai, Istri Baru Daus Mini Beberkan Kelakuan Sang Suami, Ternyata Dia Lakukan Ini

“Kegiatan yang ingin sekali kami lakukan adalah kami ingin buat acara safety riding untuk masyarakat Kota Jambi,” ujarnya.

Klub ini pun resmi dari kepolisian dan sering mengikuti acara dari kepolisian. Selain itu club ini juga dibawah naungan SCI (Satria Club Indonesia). Di bawah naungan SCI ada korwil dan di setiap provinsi ada berbagai klub. “Jambi ini termasuk yang paling banyak memiliki club SCI karena hanya satu kabupaten yang belum ada yaitu Tanjabar,” ungkapnya.

Nomor keanggotaan mencapai 117

Sejak 2006, nomor keanggotaan yang dinamakan barcode dimulai dari 001. Hingga saat ini pun barcode mancapai 117. Meski memang keanggotaan ini ada yang keluar dan ada yang masuk.

Ia mengungkapkan syarat untuk bergabung di SCI tentunya memiliki motor FU dan niat untuk bergabung. Hal-hal wajib lainnya yang harus dipatuhi adalah mewajibkan anggotanya untuk safety riding dengan dua spion, pake helm, plat, dan sepatu.

“Kalau untuk SIM itu tidak wajib sebelum di club namun saat bergabung di club diarahkan untuk membuat SIM,” kata ketua Saco-J, Lana.

Satria FU community Jambi (Saco-J). Komunitas berdiri sejak 2006.
Satria FU community Jambi (Saco-J). Komunitas berdiri sejak 2006. (Tribun Jambi/Nurlailis)

Dalam keanggotaan ada yang dinamakan member ospek, yaitu yang belum dapet barcode. Syarat bergabung lain ada pilihan touring dua provinsi atau mau di ospek dan menunggu tiga bulan.

“Ospek ini sebenernya ga jauh beda sama kuliah, ditanya, dorong motor, push up. Ospek itu untuk mengetahui tanda keseriusan calon anggota. Pengetahuan tentang motor, tentang klub, pendiri klub, klub terlibat di mana saja, itu juga harus diketahui,” jelasnya.

Ospek tetap sekali tapi dilihat dalam tiga bulan itu dilihat keaktifannya atau tidak. Anggota perempuan juga ada dan aktif. Tentunya ospek berbeda dengan laki-laki.

Dalam kopdar wajib tiga kali berturut-turut tidak ada keterangan maka akan mendapatkan surat keterangan. Kalau masih tidak ada keterangan akan ditindak lanjuti apakah orang ini masih mau di klub atau tidak.

“Setelah menjadi anggota sanksi teguran itu pasti ada. Apalagi kalau tidak pakai helm karena benar-benar helm hal yang wajib kemanapun pergi dengan motor,” ujarnya.

Pelajaran dari touring

Turing dalam klub Sacoji itu sebenernya bukan hal yang wajib. Dari touring walaupun hal sepele tapi banyak pelajaran yang didapat. Sekretaris Saco-J mengatakan dari touring kita bisa mengetahui seseorang ini setia kawan atau tidak karena kalau dijalan biasa terjadi pecah ban, putus rantai. Dari sana dilihat apakah orang itu mau membantu atau tidak.

Juga mengajarkan hidup prihatin, karena ketika bensin habis tidak ketemu pom bensin kita bisa tidur di jalan atau dimana saja. Touring ini juga menambah keluarga karena pasti mampir di club yang lain diluar daerah yang dikunjungi.

“Walaupun beda club motor, prinsip anak motor selama di jalan kami saling bantu,” ucapnya.

Tempat yang pernah dikunjungi saat touring adalah 0 killometer di Sabang, Bali, keliling pulau Jawa, yang belum adalah Sulawesi dan Kalimantan.

Saat touring, kondisi motor selalu dicek tentunya. Yang jelas kalau untuk touring selalu bawa kunci, oli dan seminggu sebelum touring di servis atau diganti sparepart jika tidak layak.

“Sesama klub motor itu kayak kawan, saling sapa, saling klakson. Karena kan tiap malam minggu di kawasan Lebak Bandung banyak yang kumpul dari berbagai klub motor. Kami dimata masyarakat juga baik saja. Sesama anak klub itu memang saling menjaga. klub sama genk itu berbeda,” ujarnya. (nurlailis)

Baca: Longsor di Jalan Nasional KM 6, Jalur Sungai Penuh-Tapan Lumpuh

Baca: Pemuda Ini Bertapa di Rumah Warga, Polisi dan Satpol PP Gagal, Datang Sosok Ini Langsung Bubar

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved