Serangan Udara ke Suriah, Jet Tempur AS, Inggris Beraksi Bombardir Fasilitas Militer Bashar
Pemerintah AS, Inggris, dan Perancis akhinya memutuskan untuk melakukan serangan militer terhadap rezim Bashar al-Assad.
TRIBUNJAMBI.COM - Pemerintah AS, Inggris, dan Perancis akhinya memutuskan untuk melakukan serangan militer terhadap rezim Bashar al-Assad.
Serangan ini merupakan respons AS terhadap dugaan serangan senjata kimia yang disebut Trump sebagai sebuah "kejahatan seorang monster".
"Belum lama tadi, saya memerintahkan militer Amerika Serikat untuk menggelar serangan presisi terhadap sasaran yang terkait dengan lokasi pengembangan senjata kimia diktator Bashar al-Assad," ujar Trump, Jumat (13/4/2018) malam waktu setempat.
Trump menambahkan, operasi gabungan dengan angkatan bersenjata Perancis dan Inggris kini tengah berlangsung.
"Saya berterima kasih kepada kedua negara," tambah Trump.
Tak lama setelah pernyataan Trump itu, serangkaian ledakan terdengar di ibu kota Suriah, Damaskus pada pukul 01.00 GM atau sekitar pukul 07.00 WIB.
Baca: Jokowi Ingin Menggandeng Prabowo Sebagai Cawapres, Kok Bisa? ini Alasannya
Usai serangkaian ledakan itu, koresponden AFP di Suriah, mendengar suara jet-jet tempur di langitkota Damaskus.
Asap hitam terlihat membubung dari sisi utara dan timur kota terbesar di Suriah itu.
Jenderal Joseph Dunford, salah satu perwira tinggi ternama AS, mengatakan bahwa serangan udara itu menghantam tiga target.
Ketiga target itu adalah pusat riset di dekat Damaskus, fasilitas gudang, dan pos komando juga di dekat ibu kota, serta fasilitas penampungan senjata kimia di dekat Homs.
Jenderal Dunford mengatakan, persenjataan anti-serangan udara Suriah mencoba melawan tetapi sejauh ini belum dikabarkan jatuh korban di pihak sekutu.
Serangan kali ini menandai meningkatnya eskalasi dibanding serangan AS tahun lalu yang hanya mengandalkan misil penjelajah dan menyasar satu pangkalan udara.
Baca: Prabowo Maju Capres, Yunarto Wijaya Bilang Sebenarnya Lawan Terberat Jokowi Adalah
Sementara itu, Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan, tak ada rencana menambah serangan udara kecuali jika Assad kembali menggunakan senjata kimia.
"Kami sangat terukur dan proporsional, tetapi di saat yang sama ini merupakan serangan yang berat," kata Mattis.
Jet Tempur Inggris Tembakkan Misil Storm Shadow
Sejumlah jet tempur AU Inggris menembakkan sejumlah misil ke sebuah pangkalan militer Suriah yang diduga menyimpan bahan-bahan pembuat senjata kimia, Sabtu (14/4/2018).
Aksi ini merupakan serangan militer terbuka pertama Inggris terhadap rezim Presiden Bashal al-Assad.

Kemenhan Inggris mengatakan, empat jet Tornado telah menembakkan misil Storm Shadow ke pangkalan militer yang terletak 24 kilometer sebelah barat Homs.
Baca: Kisah Pasukan Abadi Persia yang Sangat Ditakuti, Beginilah Kerasnya Latihan Mereka Sejak Kanak-kanak
"Fasilitas itu dulunya adalah pangkalan misil di mana rezim Assad diketahui menyimpan bahan pembuat senjata kimia," demikian Kemenhan Inggris.
"Indikasi awal menunjukkan serangan terukur yang menggunakan misil Storm Shadow cukup sukses," tambah Kemenhan Inggris.
Mereka juga meyakini serangan tersebut tidak akan mengakibatkan jatuhnya korban sipil, sebab target serangan berada jauh dari permukiman warga.
Sementara itu, PM Inggris Theresa May mengatakan, serangan terbatas dan terukur itu merupakan bagian dari aksi gabungan dengan Perancis dan AS terkait dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan Suriah.
"Tak ada lagi alternatif praktis selain menggunakan kekuatan untuk mengurangi dan mencegah rezim Suriah menggunakan kembali senjata kimia," ujar May dalam pidato televisinya, Jumat (13/4/2018) malam.
"Aksi ini bukan mengintervensi perang saudara. Juga bukan soal mengganti rezim," tambah May.
"Aksi ini dilakukan secara amat terbatas dan terukur agar tidak meningkatkan tensi ketegangan di kawasan dan sebisa mungkin mencegah jatuhnya korban warga sipil," May menegaskan.
May melanjutkan, sejumlah informasi signifikan termasuk data intelijen menunjukkan bahwa pemerintah Suriah bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di kota Douma akhir pekan lalu.
May menegaskan, serangan militer ini menberi sinyal jelas bahwa tak ada yang bisa menggunakan senjata kimi a tanpa mendapatkan balasan.
"Ini adalah kali pertama sebagai perdana menteri saya harus mengambil keputusan untuk mengirimkan militer kita ke pertempuran, dan ini bukan keputusan yang mudah," kata May.
"Saya melakukan ini karena aksi ini sejalan dengan kepentingan nasional Inggris," May menegaskan.