Smart Mom
Anak Puber Mulai 8 Tahun, Nah Lho Gimana Cara Menghadapinya? dr Sulityawati Berbagi Pengalaman
Saat anak memasuki usia pubertas tentu ada hal-hal dari anak yang membuat mereka penasaran. Biasanya masa pubertas
Penulis: Nurlailis | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM - Saat anak memasuki usia pubertas tentu ada hal-hal dari anak yang membuat mereka penasaran. Biasanya masa pubertas dimulai saat berumur 8 hingga 16 tahun.
Sebagai orang tua bagaimana sih cara menghadapi anak-anak yang sedang puber?
Dokter Sulistyowati Sp.An membagikan pengalamanya menghadapi pertanyaan-pertanyaan anaknya Nadine Hayundra Azaria yang saat ini berusia 12 tahun.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai puber pun sudah mulai ditanyakan. Seperti tentang menstruasi, apa bedanya laki-laki dan perempuan dan sebagainya.

“Itu saya memberikan buku tentang anatomi manusia tapi bentuknya kayak karikatur khusus anak-anak. Saya juga menjelaskan apa yang ia tanyakan dengan bahasa anak-anak. Terkadang juga suka kewalahan dengan pertanyaanya karena dia kritis,” ceritanya kepada Tribun.
Di zaman serba gadget ini, ia juga mengimbau kepada anaknya untuk tidak membuka situs-situs dewasa.
Sejauh ini menurutnya anaknya masih cenderung mencari apa yang disuka seperti lagu-lagu dan juga kartun-kartun.
Mengenai pertemanan ia tidak membatasi Nadine untuk berteman dengan siapa saja sepanjang teman itu tidak mengajari hal yang nakal.
Tapi kalau sudah mengajari yang nakal, seperti mengajak bolos itu tidak boleh.
“Dalam berteman justru temannya yang sering main ke rumah, kumpul di rumah jadi sebagai orangtua bisa mengawasi apa yang dilakukan anak,” ucapnya.
Sebagai anak usia 12 tahun yang masih labil dengan kesukaan, ia tidak mengharuskan Nadine untuk menjadi dokter seperti dirinya.
Menurutnya yang terpenting adalah bisa menjadi orang baik, orang yang benar menurut agama dan negara.
“Karena pada saat saya dilahirkan berbeda ceritanya ketika anak saya dilahirkan,” katanya.
Bahkan saat ini anaknya lebih suka pada musik. Untuk itu ia membolehkan Nadine untuk les musik pada hari Sabtu.
“Karena saya ingin hari Minggu tidak ada kegiatan yang jadi beban. Saya bebaskan dia bermain di hari Minggu dan quality time bersama keluarga,” tuturnya.
Menceritakan kejadian-kejadian sekolah menjadi hal yang sering dilakukan. Baik itu hal menyenangkan, hal menyebalkan, meski sebagai orang tua tidak mengerti dengan apa yang ia ceritakan namun tetap harus didengarkan.
Tidak Harus Jadi yang Terbaik
Dalam urusan akademik ia tidak mengharuskan Nadine untuk menjadi yang paling bagus namun lebih kepada usaha yang terbaik yang dia mampu.
“Tidak perlu jadi the best of the best. Cukup lakukan semaksimal mungkin. Yang saya lihat adalah bagaimana cara dia mendapatkan bukan hasilnya. Itu yang saya lebih utamakan,” ungkapnya.
Jika hasilnya tidak seperti yang diinginkan itu tidak menjadi persoalan karena ia mengetahui bagamana anaknya berusaha keras untuk mendapatkan yang terbaik.
Yang terpenting adalah usaha menuju hasil. (nurlailis)