3 Keanehan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Hilang di Hutan Warga Dengar Suara Bacaan Al Quran

Selain menyimpan berbagai kekayaan alam, TNKS dipercaya juga memiliki cerita mistis yang menjadi buah bibir.

Editor: bandot
Net
01102015_danau gunung tujuh 

TRIBUNJAMBI.COM - Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan taman nasional terbesar di Sumatera, Indonesia yang memiliki luas wilayah kurang lebih sebesar 13,750 km² dan membentang di empat provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci (3.805 m).

Selain itu juga banyak mata air-mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara yakni Danau Gunung Tujuh.

TNKS juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum.

Baca: Kaya Raya Tapi Lebih Memilih Tinggal di Rumah Kecil, Hari Darmawan Pernah Beberkan Alasannya

Fauna di wilayah taman nasional terdiri antara lain Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah Sumatera, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang Madu, dan sekitar 370 spesies burung.

TNKS juga telah masuk sebagai situs warisan dunia UNESCO. 

Bersama dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Selain menyimpan berbagai kekayaan alam, TNKS dipercaya juga memiliki cerita mistis yang menjadi buah bibir.

Hal-hal di luar nalar manusia disebut-sebut pernah dilihat oleh warga yang pernah masuk di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Berikut beberapa cerita mistis tentang TNKS.

1. Cerita Uhang Pandak

03102015_urang pandak
03102015_urang pandak (Net)

Uhang Pandak atau Orang pendek adalah makhluk kecil setinggi 50 cm yang bentuknya kombinasi manusia dan orang utan.

Ia tidak berekor, tapi telapak kakinya menghadap ke belakang.

Beberapa penduduk mengaku pernah melihatnya, tapi makhluk itu menghilang secepat kilat.

Baca: Harimau Sumatera di TNKS Bungo Cuma Tersisa 166 Ekor

Beberapa peneliti asing mengklaim telah bertemu dengan sosok misterius itu di sekitar Danau Gunung Tujuh.

Begitupun peneliti lokal yang bernama Iskandar Zakaria, yang mengaku sudah melihat makhluk fenomenal itu.

Debby Martir, peneliti asal Inggris, kepada Tribun dalam wawancara beberapa tahun lalu pernah mengatakan pernah melihat makhluk itu sekilas.

Mereka kemudian mengadakan penelitian sejak 1995.

Dia menyebutkan, orang pandak adalah sebangsa satwa langka yang sudah hidup sejak ratusan tahun lalu.

“Bentuknya seperti orang utan. Bedanya hanya orang pandak lebih banyak di darat, sementara orang hutan lebih banyak hidup diatas pohon,” beber Debby.

Lima lokasi yang menjadi tempat penemuan orang pandak adalah di Gunung Tujuh, Pesisir Selatan, Muko-muko, Pasaman, dan dikawasan Merangin.

2. Danau Gunung Tujuh yang Dikenal Keramat

17122015_danau gunung tujuh
17122015_danau gunung tujuh (Ist)

Selain terkenal dengan keindahan danau dan alamnya, Danau Gunung Tujuh yang terbentuk akibat letusan gunung sejak ratusan tahun lalu, juga menjadi tempat hidup beragam flora dan fauna, beberapa diantaranya adalah jenis langka dan dilindungi.

Berbagai jenis satwa hidup secara alami, seperti harimau Sumatera, kambing hutan, rusa, tapir, dan beruang madu, banyak ditemukan di sini, serta beragam burung langka dan endemik Kerinci.

Tumbuhan yang hidup di kawasan inipun beragam, dengan primadona berbagai jenis anggrek alam dan bunga kantong semar. Jadi bisa berwisata sekaligus belajar.

Danau ini merupakan sumber mata air dari Sungai Batang Sangir serta Air Terjun Telun Berasap, yang mengairi ribuan hektare lahan pertanian masyarakat yang terdapat di beberapa Provinsi di Sumatera.

Bukan hanya ketinggian dan keindahan alamnya yang mengagumkan, namun kejernihan air Danau Gunung Tujuh, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, air Danau Gunung Tujuh merupakan air baku terbaik di Asia Tenggara, sehingga dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Sakti Kerinci.

Namun di balik keindahan dan keragaman flora faunanya, serta kejernihan airnya, ada mitos menarik yang bisa ditelusuri di Danau Gunung Tujuh ini.

Menurut masyarakat setempat, danau ini adalah danau keramat.

Warga percaya, danau ini dihuni dan dijaga oleh mahkluk gaib yang berbentuk seperti manusia yang bernama Saleh Sri Menanti dan Lbei Sakti.

Selain itu, ada juga para pengawal dari mahkluk gaib tersebut yang berbentuk harimau.

3. Penduduk Dengar Suara Azan dan Bacaan Al Quran di Hutan

Desember 2014 lalu dua orang warga hilang di dalam kawasan TNKS

Selama lima hari Yusril dan Candra Ali Putra tersesat di dalam hutan.

Selama lebih kurang satu minggu berada di hutan, kaki dan tangan kedua korban terlihat lecet, karena melewati semak belukar. Beberapa kuku kaki korban terutama Yusril bahkan copot, karena terlalu lama terendam air. Mereka bertahan hidup dengan memakan pakis.

Awalnya mereka hendak berlibur ke Danau kaco Namun, saat sampai di sungai manjuto, mereka salah jalur hingga tersesat.

Selama berada di hutan, Yusril mengaku memakan daun pakis dan meminum air dari sungai untuk bertahan hidup. Saat bertahan hidup didalam hutan, Yusril sempat bermimpi banyak warga yang mencarinya, dan ditolong oleh seseorang.

"Setiap hari kami berjalan mencari jalan pulang, kalau sore sekitar pukul 17.00 wib, baru mengambil daun untuk alas tidur," kisah Yusril.

Walau hanya makan pucuk pakis, Yusril mengaku dirinya tidak merasa lapar dan capek. "Tangan saya luka-luka kena duri, tapi tidak terasa sakit," tambahnya, sambil melihatkan bekas luka di tangan

Menariknya, mimpi yang dialami oleh Yusril tersebut semuanya menjadi kenyataan. Bahkan orang yang datang menolongnya persis sama dalam mimpinya. ”Saya diberi minum air dalam cangkir hijau, itu sama dengan dalam mimpi,” jelasnya.

Candra dan Yusril mengaku mengaku menemukan 12 air terjun didalam hutan.

Bukan hanya itu saja, keduanya juga mengaku mendengar suara adzan dan orang mengaji ditengah hutan.

Padahal, jarak lokasi mereka dengan pemukiman penduduk sangat jauh, dan tidak mungkin bisa mendengar suara mikropon di pemukiman.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved