Menyedihkan, Daging yang Dipungut dari Tempat Sampah Diolah Lagi, Sekantong Setara Rp 5.300
Pemulung yang sebelumnya hanya tertarik pada logam dan plastik, sekarang fokus pada makanan sisa dan kedaluwarsa.
TRIBUNJAMBI.COM - Kehidupan di daerah kumuh di Manila bisa sangat sulit, bisa setiap hari melihat makanan yang tersaji di meja adalah suatu dambaan.
Itulah mengapa, makanan yang bernama pagpag ini begitu populer.
Pagpag sebenarnya istilah untuk debu yang terlepas dari pakaian atau karpet.
Tapi di daerah kumuh tersebut, ini berarti daging yang dipungut dari tempat pembuangan akhir, dimasak, dan menjadi makanan berharga.
Pagpag telah lama menjadi makanan pokok warga yang tinggal di permukiman kumuh Filipina, namun dalam beberapa tahun terakhir ini juga menjadi bisnis yang menguntungkan.
Pemulung yang sebelumnya hanya tertarik pada logam dan plastik, sekarang fokus pada makanan sisa dan kedaluwarsa.
Daging ini berasal dari restoran makanan cepat saji dan supermarket, mereka bersaing dengan kucing liar dan tikus untuk mendapatkanya dari tempat pembuangan akhir.
Sekantong daging pagpag biasanya dijual oleh pemulung seharga sekitar 20 peso atau sekitar Rp 5.300 kepada pemilik warung di pemukiman tersebut.
Pemilik warung akan mengolahnya menjadi berbagai hidangan dan menjualnya seharga 10 peso setara Rp 2.600 untuk satu porsi.
Pertama-tama daging dicuci untuk membuang sampah yang mungkin menempel, dan tulang-tulangnya dipisahkan.
Baca: Subuh Hari Air Selutut Tiba-tiba Menggenangi Rumah Warga RT 32 Pematang Kandis, Merangin
Baca: Usai Aksi di Kantor Gubernur Jambi, Aliansi Mahasiswa Peduli Lingkungan Siap Setop Truk Batubara
Kemudian daing dicampur dengan berbagai saus, sayuran dan rempah-rempah, dimasak dan disajikan kepada pelanggan.
"Dengan kehidupan yang kami jalani, ini sangat membantu."
"Ketika Anda membeli tas seharga beberapa peso, Anda sudah bisa memberi makan satu keluarga utuh," kata seorang penduduk permukiman kumuh kepada Reuters.
Dulu, pagpag adalah pilihan terakhir bagi warga yang hanya akan mereka makan pada hari-hari terburuk ketika tidak mendapatkan cukup uang untuk membeli sedikit beras.
Namun inflasi membuat warga kesulitan membeli makanan, dan pagpag telah menjadi makanan sehari-hari bagi banyak keluarga.
Meskipun daging daur ulang ini secara harfiah telah dimakan sebagian oleh orang lain sebelum dibuang, beberapa warga menganggap ini aman untuk dikonsumsi karena dicuci sebelum dimasak.
Bahkan ada yang menyebutnya lezat dan bergizi, namun otoritas kesehatan di Filipina menganggapnya sebagai risiko kesehatan utama.
Kadang-kadang makanan yang dibuang disemprotkan dengan desinfektan sebelum dibuang, dan dapat terjangkit patogen berbahaya seperti salmonella.
Apalagi mereka mendapatkannya dari tempat pembuangan akhir.
Sumber: intisari online
Baca: Jatuh ke Sumur, Daniel Penderita Tuna Rungu dan Tuna Wicara Warga Koto Petai Ditemukan Tewas
Baca: Bangko Diperkirakan Hujan Sepanjang Hari, Waspada Saat Malam dan Dini Hari Nanti