FOTO: Ubur-ubur Dulu Dimusuhi Sekarang Diburu Nelayan Nipah Panjang, Berkah Bagi Warga Lokal
Selain ikan dan udang, nelayan di Nipah Panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur sejak dua bulan terakhir gencar memburu ubur-ubur.
Penulis: Zulkipli | Editor: Nani Rachmaini
Lapora Wartawan Tribun Jambi Zulkifli
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Selain ikan dan udang, nelayan di Nipah Panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur sejak dua bulan terakhir gencar memburu ubur-ubur.
Binatang laut yang awalnya dianggap menjadi musuh oleh nelayan itu, kini menjadi pundi-pundi rupiah semenjak beroperasinya perusahaan pengekspor ubur-ubur di Nipah Panjang, kabupaten Tanjab Timur.
Dulu Ubur ubur dianggap musuh oleh nelayan ,namun berbeda pada saat ini, hewan laut yang memiliki tubuh bening berbentuk payung berumbai itu menjadi komuditas laut yang paling diburu oleh nelayan setempat.
Hal tersebut terjadi semenjak adanya anak perusahaan pengepul ubur-ubur asal Kalimantan di kecamatan Nipah Panjang sejak dua bulan lalu, kini keberadaan ubur-ubur menjadi menjadi berkah bagi nelayan.
Jika sebelumnya nelayan hanya mencari kepiting, udang dan ikan, kini banyak beralih menangkapi ubur-ubur untuk dijual di perusahaan tersebut.
Hewan lunak tak bertulang yang terkesan menakutkan dan berbahaya ini diolah dan di ekspor ke luar negeri seperti Malaysia.
Eswadi, staf penanggung jawab pangkalan pendaratan ikan (PPI) Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjab Timur kepada TRIBUNJAMBI.COM, pada selasa (20/2) mengungkapkan, cabang perusahaan pengepul ubur-ubur di Tanjab Timur ini di bawah bendera PT. Samudra Indah Jaya yang berasal dari Singkawang Kalimantan Barat.
Perusahaan ini mengembangkan ekspansinya bekerjasama dengan DKP Tanjab Timur, dan menumpang tempat di PPI yang berkedudukan di Kelurahan Nipah Panjang Satu, Kecamatan Nipah Panjang.
Menurut Eswandi, setiap ubur-ubur dibeli dengan harga berbeda per ekornya. Mulai dari Rp 3000, hingga Rp 5000 per ekor tergantung ukuran dan klasifikasinya, ada yang kelas A, kelas B, dan kelas C.
Setiap harinya perusahaan yang memiliki Limabelas (15) karyawan ini mampu mengolah seribu (1000) ekor ubur-ubur dari nelayan dan sejak beroperasi telah mengekspor sekitar delapan ton ubur-ubur hasil tangakapan nelayan Nipah panjang.

Proses pengolah ubur-ubur setelah dibeli dari para nelayan, kemudian dilakukan dengan cara memisahkan kepala dari badan lalu direndam menggunakan garam selama tiga hari untuk menghilangkan lendir sekaligus sebagai permentasi supaya awet.
Lanjutnya, ubur-ubur ini dikemas dan dikirim ke eksportir untuk diekspor ke pulau Burung, Malaysia, dalam keadaan diolah secara sederhana melalui penggaraman guna meningkatkan keawetan.
“Ubur-ubur yang diekspor ini setelah diolah bisa dijadikan bahan campuran makanan, tak hanya lezat di lidah, ubur-ubur juga sangat bermanfaat untuk menambah vitalitas pria”, ungkapnya.
Pantauan TRIBUNJAMBI.COM, di lapangan tampak ratusan ekor ubur-ubur hasil tangkapan nelayan direndam dengan air bercampur garam, di dalam beberapa kotak yang terbuat dari kayu.
Tampak pula, tong putih berukuran skira 30 liter yang berisi ubur-ubur yang siap untuk diekspor.