Kisah Porter di Bandara Jambi, Bajunya Hanya Satu, Bingung Pendapatan Semakin Tak Menentu
Porter ini biasanya bertugas di pintu terminal keberangkatan dan kedatangan, termasuk di...
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Duanto AS
Toni mengaku tidak memasang tarif untuk jasanya ini. "Seikhlasnyo oranglah paling kecik tu 10 ribu. Kadang ado yang kasih lebih kalok orangnyo baek," ujar Toni.
"Saya dari setengah tujuh sudah di sini, sampe jam satu siang. Bayangkan dari pagi sampai siang kadang sore gak dapet apa-apa," ujar ayah dua orang anak ini
Harapan kami ini hanya minta di perhatikan. "Kami pengen kayak Jakarta di gaji, kayak karyawan lain lah. Mudah-mudahan bandara ni masih butuhkan jasa porter dan kami di kasih solusi dan dipermudah lah," ucapnya
Selain itu, hal yang sama dikatakan oleh seorang porter yang terdapat di pintu keberangkatan Bandara Sultan Thaha Jambi.
Kamiso (38), porter di pintu keberangkatan, emngatakanporter masih digunakan sebagian penumpang. Tapi kalau penumpang yang tidak mau pakai jasa kita, ya mau gimana lagi.
"Tergantung pelayanan kita kepada penumpanglah," ujar Kamiso
Dia mengaku sudah lama menjadi porter. Sejak masih di bandara lama dan waktu itu ayahnya masih menjadi tukang parkir di bandara lama.
"Sudah lama, sejak 2004 dari masa bandara lama. Pertama jadi porter, bapak saya yang kasih tau. Dulu bapak saya jadi petugas parkir di bandara lama," ujarnya.
Mengenai penghasilan, kata kamiso kalok penghasilan tak bisa dipastikan. "Sehari kadang dapet kadang dak dapet apo-apo. Tergantung pelayanan kita," ujarnya.
Kamiso mengaku pendapatannya sehari-hari bergantung kepada profesinya sebagai porter. "Gak ada gaji pokok. Ya ini gaji kami, tergantung dapet berapa tarikan sehari, kadang dapet lima tarikan, kadang gak dapet apa-apa," jelasnya.
"Kalau saya pagi jam lima sampe jam satu siang. Dan biasanya saya antar penumpang sampe penimbangan barang," tutur kamiso
"Lihat sekarang, baju kami sudah tidak layak dipakai, sudah pudar," ujar Kamiso.