Penelitian di Korea, 2 Penyakit Mematikan Ini Ditemukan Pada Wanita yang Kerap Makan Mie Instan

Karena di Korea Selatan, konsumen mi instan adalah yang tertinggi di dunia. Ada lebih dari 10.700 orang

Editor: Nani Rachmaini

TRIBUNJAMBI.COM - Kamu pasti tahu bahwa mi instan itu tidak baik untuk kesehatan.

Tapi penelitian telah memastikan betapa berbahayanya makanan instan ini.

Dikutip Grid.ID dari laman Pop Sugar pada artikel terbitan Sabtu (3/2/2018), sebuah studi di Journal of Nutrition menghubungkan konsumsi mi instan dengan risiko jantung, terutama pada wanita.

Para peneliti melakukan penelitian di Korea Selatan.

Karena di Korea Selatan, konsumen mi instan adalah yang tertinggi di dunia.

Ada lebih dari 10.700 orang berusia antara 19 sampai 64 tahun yang diteliti.

Hasilnya?

Wanita yang mengonsumsi mi instan sering ditemukan memiliki sindrom metabolik.

Sindrom metabolik masuk dalan kelompok faktor obesitas dan tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gula darah.

Faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.

Efek berbahaya sebagian besar ditemukan pada wanita dan bukan pria.

Sebagian dari penelitian tersebut berbunyi, "Wanita yang makan mi instan setidaknya dua kali seminggu menunjukkan risiko sindrom metabolik 68 persen lebih tinggi dibandingkan pria."

Artinya wanita memiliki risiko sindrom lebih tinggi yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Kandungan sodium tinggi dalam produk mi instan sudah jelas menjadi satu penyebabnya.

Namun penyebab utamanya adalah mi itu sendiri.

Dalam studi lain oleh Dr. Braden Kuo, direktur laboratorium motilitas gastrointestinal di Rumah Sakit Massachusetts General di Universitas Harvard, dokter tersebut menemukan hasil yang tidak memuaskan setelah menguji pencernaan mi.

Dia menggunakan kamera kecil untuk mempelajari rincian mi instan di perut.

Dan menemukan betapa sulitnya tubuhmu mencerna mi yang mengandung pengawet.

Pengawet yang disebut TBHQ, yang banyak ditemukan pada makanan olahan memperpanjang masa simpan makanan berlemak dan membuatnya lebih sulit dicerna.

Dr. Frank B. Hu, seorang profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard, mengatakan kepada The New York Times, "Sekali atau dua kali sebulan tidak menjadi masalah, tapi beberapa kali dalam seminggu bisa menjadi masalah."

Jadi jangan sering-sering makan mi instan ya!(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved