Galib Fikar Dinata, Tuna Rungu yang Tertarik dengan Desain Grafis 'Inginkan Persamaan'
28 SEPTEMBER, diperingati sebagai Hari Peringatan Tuna Rungu Internasional. Peringatan yang mungkin tidak semua tahu ataupun peduli. Di Jambi, seoran
Penulis: Deni Satria Budi | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - 28 SEPTEMBER, diperingati sebagai Hari Peringatan Tuna Rungu Internasional. Peringatan yang mungkin tidak semua tahu ataupun peduli. Di Jambi, seorang pelajar sekolah luar biasa (SLB) Sri Soedewi, Galib Fikar Dinata, dua tahun berturut-turut mewakili Provinsi Jambi, dalam ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
Pelajar kelas XII di SLB Sri Soedewi atau setingkat kelas III SMA, ini sudah tidak bisa mendengar sejak lahir. Meski demikian, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Padimin dan almh Sarmani, berkeinginan melanjutkan sekolah ke pendidikan yang tinggi, usai tamat dari SLB. Galib yang mengenakan pakaian seragam olahraga, ditemani guru pendampingnya Muslih Spd, saat ditemui di SLB, Jumat (29/9) mengaku baru pulang dari Surabaya, mewakili Jambi dalam ajang FLS2N. Cabang yang diikutinya adalah lomba desain grafis.
"FLS2N Tahun 2016 lalu di Manado, Galib dapat juara. Tahun ini masuk lima besar," sebut Muslih, yang mendampingi Galib di Surabaya.

Wawancara Tribun yang melalui perantara, meski terhambat kondisi, namin berjalan lancar. Galib mengaku terinspirasi dari kakak kelas sebelumnya yang mendapat juara nasional di cabang desain grafis. Sejak itulah, ia mulai menekuni bidang desain grafis.
"Waktu itu tahun 2014 ada ajang lomba di Lombok, membuat cinderamata atau membuat gantungan kunci yang diikuti kakak kelasnya yang juga tuna rungu. Dan, itu butuh grafis atau gambar. Saat itu, kakak kelasnya mendapat juara pertama. Sejak itulah, ia mulai tertarik dibidang desain grafis," sebut Muslih, yang didampingi Angga Nikola, Ketua Gerakan untuk Kesejahteraan tuna rungu Indonesia (Gerkatin) Jambi, yang mengartikan bahasa isyarat dari Galib.
Pelajar yang lahir 23 Oktober 19 tahun lalu di Sidoarjo, Jawa Timur, ini, berkeinginan melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya, untuk meningkatkan ilmu desain grafisnya. Selain itu, Galib juga mendapatkan tawaran seleksi beasiswa dari Bina Nusantara.
"Mau tes dua-duanya. Rencana tamat kuliah ingin buka usaha," tutur Galib, seraya mengharapkan kepada pemerintah agar diberikan kesempatan bekerja yang luas bagi penyandang tuna rungu.
"Kalau lomba olahraga, pelajar yang dapat juara atau medali diberikan bonus banyak. Tapi, kalau lomba kegiatan seni, dapat juara dan medali, bonusnya kok beda dengan pelajar yang ikut lomba olahraga. Kan, sama-sama dapat juara dan medali. Sama-sama bawa nama daerah," sebut Galib, seraya berharap pemerintah tidak membedakan antara olahraga dan seni.(deni satria budi)