Perempuan Bali Terpaksa Dikubur di Luar Negeri, Keluarga Mengaku Didatangi Arwahnya Minta Ini

Mereka tidak pernah menyangka, Jro Sriani yang selama ini dikenal ramah dan rajin dalam setiap kegiatan sosial, harus dikuburkan

Editor: Nani Rachmaini
net
Ilustrasi 

Hal ini mengakibatkan Sriani selama tiga tahun terakhir ini tidak bisa pulang ke Indonesia untuk mengurus visa sehingga menjadi tenaga kerja wanita (TKW) ilegal.

Karena statusnya ilegal, kata Gusti Putra, Sriani terus berpindah-pindah tempat kerja.

Diduga karena tekanan hal itu, Sriani mengalami stres.

Kata Gusti Putra, Jumat (1/9/2017) istrinya jatuh di kamar mandi lalu mengalami stroke, setelah itu Rabu (6/9/2017) meninggal dunia.

“Kami mendapatkan kabar meninggal lewat temannya di Facebook. Kami sangat terpukul, tiga tahun terakhir tidak bertemu. Hanya berkomunikasi lewat ponsel,” ujarnya.

Gusti Putra semakin terpukul lantaran tidak bisa memulangkan jenazah istrinya.

Pihaknya sempat meminta bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Nigeria namun pihaknya KBRI tak bisa membantu, karena Sriani berstatus TKW ilegal.

Bilapun dipaksakan, pihaknya diminta biaya pengiriman jenasah Rp 120 juta.

“Kami tak punya uang sebesar itu. Kalau dikremasi di sana, juga tidak bisa karena biayanya Rp 60 juta. Terpaksa jenazah istri saya kubur di sana. Di sana ada teman-temannya yang membantu,” ujar Gusti Putra.

Dalam kepercayaan Hindu di Bali, setiap jenazah harus diupacarai supaya arwahnya tenang.

Terkait hal tersebut, Gusti Putra telah menanyakan ke arwah korban lewat perantara orang pintar.

Hasilnya, mendiang meminta ritual ‘terpana’.

Ritual ‘terpana’ sendiri merupakan ritual kematian untuk memberitahukan Tuhan bahwa seseorang sudah meninggal atau tidak bisa dibawa pulang.

Ritual ini juga bertujuan agar roh yang meninggal tenang.

“Kami sudah ‘meluasan’ (meminta petunjuk pada orang pintar, red), dia (Sriani) minta agar keluarga melakukan ritual ‘terpana’ di bale dangin, dan langsung memegat. Untuk ngabennya, pengganti abu jenasahnya kami pakai simbol berupa sanggah urip,” katanya.

Anak korban, Ni Gusti Ayu Fera Noviantari (9) mengatakan, sebelum meninggal ia selalu meminpikan ibunya datang ke rumah.

Ia pun tak mengatahui bahwa itu merupakan firasat atas situasi yang dihadapinya saat ini.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved