Tega. Karena Tidak Cukup DP Untuk Masuk PICU, Bayi Cantik Debora Meninggal Dunia. Begini Kondisinya

"Kelak bayi Debora akan melihat kebawah, ke neraka, dimana direktur rumah sakit, petugas administrasi dan dokter yang sadis, serta orang-orang yang be

Penulis: rida | Editor: rida
facebook/birgaldosinaga

Sontak Bu Debora menjerit histeris.

"Adekkkk...adekkk...bangun dek...Inang..Inang..bangunnn. Jangan tinggalkan mamak nak...maafkan mamak Inang..mamak sedang berjuang membawamu ke PICU...inangg...", jerit pilu Bu Debora di samping tubuh kaku bayi Debora.

Ia terus mengguncang tubuh Debora. Mencoba membangunkannya. Bu Henny terus menjerit. Ia menangis kencang. Matanya sembab. Ia terus menjerit tidak terima bayi mungilnya mati di IGD.

Ayah Debora terguncang. Dadanya bergetar. Ia menjerit memeluk bayi mungilnya. Kedua orang tua Debora tidak menyangka bayinya meninggal dunia hanya karena uang muka yang diminta rumah sakit tidak bisa mereka cukupi.

Jumat pagi tadi, 8 September, sekitar pukul 09.00 WIB, saya mendengar semua kisah pilu itu di Balai Kota. Malam sebelumnya Bu Henny menghubungi saya via inbox. Ia salah satu follower saya. Saya tidak mengenalnya sama sekali. Ia meminta saya menolongnya. Saya tidak tahu apa yang bisa saya tolong.

Saya tahu melawan rumah sakit yang punya uang dan kekuasaan itu tidak mudah. Jaringan mereka kuat. Uang milik mereka tidak berseri. Terbayang bagaimana kisah pasien Prita yang menghebohkan itu akhirnya malah Prita yang dilaporkan pihak rumah sakit yang dikritiknya.

Tapi saya harus datang. Saya hanya tahu mendengarkan tangis orang yang sedang berduka setidaknya bisa mengobati dukanya. Saya tidak tahu bagaimana harus menolong mereka.

Di kantin Balai Kota, saya mendengar cerita pilu ini. Usai mendengar cerita orang tua Debora, saya mengajak mereka ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres.

Sekitar pukul 13.30 WIB, kami tiba di RS Mitra Keluarga. Di sana saya bertemu dengan petugas informasi bernama Mbak Indri. Darinya saya dapat info bahwa RS Mitra Keluarga belum bekerja sama dengan BPJS meskipun selama ini sudah disosialisasikan ke publik bahwa RS Mitra Keluarga bahwa pada Bulan September 2017 sudah ikut BPJS.

Saya juga bertemu dengan Mbak Wulan petugas administrasi RS Mitra Keluarga. Saya menanyakan biaya PICU. Ia menyodorkan sehelai kertas putih dilapis plastik. Di situ tertera daftar harga pelayanan dan perawatan. Saya melihat untuk PICU tertulis RP.19.800.000,-.

Usai dari RS Mitra Keluarga, saya diajak kedua orang tua Debora berjiarah ke makam anaknya di TPU Tegal Alur. Kami naik taxi on line.

Matahari begitu pongah siang itu. Terik sekali. Pemakaman nampak sunyi. Dua puluh langkah dari makam Debora, tangis bu Henny pecah.

"Dekkk...mamak datang lagi liat kamu dekk. Mereka jahattt..jahattt..mereka jahatt dek..mereka biarkan dedek kedinginan", ujar Bu Henny sesunggukkan dengan air mata deras membasahi pipinya. Di depannya sang suami mencoba tegar. Ia hanya menaburi kembang sambil menahan air matanya tumpah.

"Dekk...mamak janji setiap minggu akan liat dedek ya. Maafkan mamak ya dek...tak ada lagi kawan mamak malam-malam. Tak ada lagi yang mamak gendong malam-malam. Mereka jahat dekk..mereka jahat", tangis Bu Henny terus berulang.

Saya tak bisa menahan air mata. Ini kali ke dua saya menangis sejak tiga hari lalu berjiarah ke makam Emak di TPU Pondok Ranggoon.

Kehilangan orang tua itu sangat menyedihkan. Tapi duka kita bisa cepat pulih karena kita masih punya masa depan. Ada anak kita. Anak kita masa depan yang bisa bisa kita lihat. Tapi bagaimana ketika kita kehilangan anak? Masa depan apa yang hendak kita rancang? Apalagi kalau kematiannya karena kejam dan sadisnya rumah sakit yang memaksa uang muka baru dilayani?

Lamat-lamat kuping saya mendengar tangis Bu Henny seperti suara lirih bayi mungil Debora yang masih berumur 4 bulan. Saya mendengar suara lirih dari kuburnya. "Mama apa salahku ma?".

Selamat jalan anakku Debora cantik..bisikkan kepada malaikat di surga betapa kami menyayangimu.

Salam penuh dukaku
Birgaldo Sinaga

Menanggapi kisah pilu yang sudah beredar luas itu, pihak RS Mitra Keluarga mengeluarkan pernyataan yang diunggah dalam situs resminya.

Ada 5 poin yang dijelaskan dalam press release tersebut. Berikut isinya:

1. Pasien (Deborah Simanjorang yang terdaftar sebagai Tiara Deborah) berumur empat bulan, berat badan 3,2 kilogram datang ke IGD MItra Keluarga Kalideres pada 3 September 2017 pukul 03.40 WIB dalam keadaan tidak sadar dan kondisi tubuh tampak membiru.

Pasien dengan riwayat lahir premature memiliki riwayat penyakit jantung bawaan (PDA) dan keadaan gizi kurang baik

Dalam pemeriksaan didapatkan napas berat dan banyak dahak, saturasi oksigen sangat rendah, nadi 60 kali per menit, suhu badan 39 derajat celcius.

Pasien segera dilakukan tindakan penyelamatan nyawa (life svaging) berupa penyedotan lendir, dipasang selang ke lambung dan intubasi (pasang selang napas), lalu dilakukan bagging atau pemompaan oksigen dengan menggunakan tangan melalui selang napas, infus, obat suntikan, dan diberikan pengencer dahak (nebulizer)

Pemeriksaan laboratorium dan radiologi segera dilakukan.

Kondisi setelah dilakukan intubasi lebih baik, sianosis (kebiruan) berkurang, saturasi oksigen membaik, walaupun kondisi pasien masih sangat kritis.

Dokter juga menjelaskan kondisi pasien kepada sang ibu. Kemudian dianjurkan untuk penanganan di ruang khusus ICU.

2. Ibu pasien mengurus di bagian administrasi, dan dijelaskan oleh petugas tentang biaya rawat inap ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat kondisi keuangan.

3. Ibu pasien kembali ke IGD, dokter IGD menanyakan kepesertaan BPJS kepada ibu pasien, dan ibu pasien menyatakan punya kartu BPJS. Dokter pun menawarkan kepada ibu pasien untuk dibantu merujuk ke RS yang bekerjasama dengan BPJS, demi memandang efisiensi dan efektivitas biaya perawatan pasien.

Ibu pasien setuju. Dokter pun membuat surat rujukan dan kemudian pihak RS berusaha menghubungi beberapa RS yang merupakan mitra BPJS. Dalam proses pencarian RS tersebut, baik keluarga pasien maupun pihak rumah sakit kesulitan mendapatkan tempat.

4. Pukul 09.15 WIB, keluarga mendapatkan tempat di salah satu rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dokter rumah sakit tersebut menghubungi dokter Mitra Keluarga Kalideres untuk menanyakan kondisi Deborah.

Sementara berkomunikasi antar dokter, perawat yang menjaga dan memonitoring pasien memberitahukan kepada dokter bahwa kondisi pasien tiba-tiba memburuk.

5. Dokter segera melakukan pertolongan pada pasien. Setelah melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, segala upaya yang dilakukan tidak dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved