Tega. Karena Tidak Cukup DP Untuk Masuk PICU, Bayi Cantik Debora Meninggal Dunia. Begini Kondisinya

"Kelak bayi Debora akan melihat kebawah, ke neraka, dimana direktur rumah sakit, petugas administrasi dan dokter yang sadis, serta orang-orang yang be

Penulis: rida | Editor: rida
facebook/birgaldosinaga

Tak ada jawaban. Petugas berwajah dingin itu hanya menjawab datar. "Ini aturan rumah sakit Pak..silahkan bayar uang muka sesuai daftar harga PICU".

Sontak langit terasa gelap. Kedua orang tua Debora ini lunglai. Kemana lagi harus mencari uang? Waktu terus berpacu. Bayinya semakin sekarat. Wajahnya pucat. Nafasnya tersengal karena batuk dahak dan tubuhnya kedinginan.

Bu Henny mengontak teman-temannya. Ia mencoba menghubungi teman-temannya untuk meminta bantuan. Ia menelpon Iyoh teman baiknya agar mengecek ke RS Koja. Sulit menelpon rumah sakit itu untuk bertanya ruang PICU. Iyoh dan suaminya segera bergegas ke RS Koja mencari ruang PICU.

Dokter Iren menemui kedua orang tua Debora. "Bagaimana bu sudah diselesaikan di administrasi?", tanya dokter Iren.
"Uang kami tidak cukup bu. Hanya lima juta. Kami mohon agar bisa dimasukkan di PICU nanti siangan kekurangannya akan kami penuhi", balas Bu Debora memelas.

Dokter Iren tidak membantu apa-apa. Ia hanya menyarankan memberi surat rujukan agar dibawa ke rumah sakit yang ada kerjasama BPJSnya. Kedua orang tua Debora hanya bisa pasrah. Mereka bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Debora harus dievakuasi ke rumah sakit yang ada BPJSnya agar bisa menerima bayi Debora.

Pukul 06.00 WIB, kondisi Debora terus menurun. Ia masih diruang IGD. Bu Henny mencoba menghubungi koleganya. Pukul 06.17 WIB Bu Henny memposting kegalauannya di akun fesbuknya.

"URGENT PLEASE, TOLONG BANTU CARI RS SEKITARAN JAKARTA BARAT YG ADA RUANG PICU YG KOSONG. PLEASE TELP KE 082168852971. PLEASE".

Beberapa temannya merespon. Seorang temannya di Tangerang mencoba membantu. RS Tangerang ada PICU. Bisa segera dibawa ke sana segera.

Bu Henny mencoba mengecek beberapa rumah sakit di Jakarta yang masih ada ruang PICU. Ia mengecek RS Koja. Ia meminta sahabatnya Iyoh mengecek ke RS Koja.

Waktu terus berjalan. Matahari merambat naik. Bayi Debora terus berjuang bertahan hidup tanpa bantuan medis yang optimal. Ia dibiarkan kedinginan tanpa inkubator. Sementara kedua orang tuanya terus berusaha mencari rumah sakit yang punya ruang PICU.

Lamat-lamat dari samping ranjang Bu Henny terus komat-kamit mengucap doa. "Bapa jangan ambil lagi anakku. Bapa...dulu kakaknya Karunia sudah KAU ambil Tuhan. Jangan lagi KAU ambil Debora dariku Bapa", lirih Bu Henny sambil mengelap air matanya yang jatuh bercucuran dengan punggung tangannya.

"Bertahan kau inang..mama masih berjuang mencari rumah sakit untukmu. Bertahan ya inang..dulu kau lahir prematur kau bisa bertahan inang. Sekarang juga pasti bisa inang ", isaknya sesunggukkan di samping ranjang Debora sambil mengelus wajah bayinya yang semakin pucat dingin.

Pukul 09.00 WIB, Dokter Irfan menemui kedua orang tua Debora. Dokter pengganti Dokter Iren ini memberi penjelasan kondisi bayi Iren. Entah apa yang dikatakannya. Kedua orang tua Debora sudah tidak bisa lagi mencerna apa penjelasan dokter Irfan. Yang mereka tahu bayi Debora harus dibawa ke ruang PICU agar bisa diselamatkan.

Pukul 09.39 WIB, Bu Henny menyodorkan handphonenya ke dokter Irfan. Iyoh temannya berhasil menemui dokter di RS Koja. Bayi Debora akan dievakuasi secepatnya ke RS Koja. Dokter di Koja ingin mendengar pandangan dokter Irfan atas kondisi pasien. Kedua dokter itu berbicara melalui telepon Bu Henny. Entah apa yang dipercakapkan mereka. Bu Henny terus komat kamit merapal doa menanti muzizat kesembuhan anaknya sambil memperhatikan dokter Irfan.

Pukul 10.00 WIB, perawat memanggil kedua orang tua Debora. Mereka mengabarkan kondisi bayi Debora memburuk. Mereka memberikan tindakan CPR karena jantung bayi Debora berhenti. Bu Henny memegang tangan anaknya. Dingin sekali. Kedua mata bayi Debora hanya nampak putihnya. Nyawa Debora sudah tidak bisa diselamatkan.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved