Tega. Karena Tidak Cukup DP Untuk Masuk PICU, Bayi Cantik Debora Meninggal Dunia. Begini Kondisinya

"Kelak bayi Debora akan melihat kebawah, ke neraka, dimana direktur rumah sakit, petugas administrasi dan dokter yang sadis, serta orang-orang yang be

Penulis: rida | Editor: rida
facebook/birgaldosinaga

"Maaf Pak ..bapak harus membayar uang muka sebesar Rp.19.800.000,- agar anak Bapak bisa masuk PICU", ujar Ifa petugas administrasi datar.

"Kami ada BPJS mba...tolonglah masukkan ke PICU. Selamatkan dulu anak kami", mohon Pak Rudianto sambil mengatupkan telapak tangannya di dada memohon-mohon welas asih petugas.

"Maaf Pak..rumah sakit ini belum ada kerjasama dengan BPJS. Mohon selesaikan uang muka dulu agar anak bapak bisa segera dimasukkan ke ruang PICU", ujar Tina petugas administrasi tanpa peduli sambil menyorongkan sehelai kertas berisi daftar harga uang muka pelayanan perawatan. Di kertas daftar harga itu tertera angka Rp. 19.800.000,- untuk pelayanan PICU.

Kedua orang tua Debora tampak bingung. Mereka tidak membawa uang sepeserpun. Dompet dan tas mereka tertinggal di rumah karena buru-buru membawa anaknya ke rumah sakit.

"Pa segera pulang Pa..ambil uang kita", ujar Bu Henny sambil bercucuran air mata meminta suaminya segera mengambil uang balik ke rumah.

Rudianto, ayah bayi Debora segera berlari kecil menuju parkiran motor. Keringat mengucur dari dahinya. Ia memeluk istrinya sambil menguatkan agar istrinya menjaga putri mereka di ruang IGD. Ia segera menghidupkan motornya. Mengebut membelah sunyinya jalan Peta Barat dan Selatan dengan degub jantung berdetak kencang.

Pukul 04.30 Wib ayah Debora kembali ke RS Mitra Keluarga Kalideres. Ia langsung berlari ke salah satu ATM di pojok rumah sakit itu. Ia menarik empat kali di ATM BCA. Uangnya di rekening hanya tertinggal 5 juta lebih.

"Ini mbak lima juta rupiah. Barusan saya tarik dari ATM. Mohonlah dimasukkan anakku di ruang PICU. Saya berjanji siang nanti akan mencari kekurangannya", mohon ayah Debora sambil memelas.

Uang dihitung Mbak Tina petugas administrasi. Lima juta rupiah.
"Tapi maaf pak ini masih kurang dari uang muka PICU", jawab mbak Tina datar.

Ayah Debora memohon sekali lagi. Hanya itu uang miliknya. Ia tidak tahu harus mencari kemana lagi karena masih subuh. Keluarganya yang lain masih tidur. Ia berjanji siang hari akan membayar kekurangannya yang penting bayinya segera dimasukkan ke PICU.

"Saya harus telepon atasan saya dulu pak", balas Tina.

Ayah Debora segera bergegas ke ruang IGD menjenguk anaknya. Terlihat istrinya Henny menangis sesunggukkan. "Bagaimana pa..sudah papa berikan uang muka PICU?", tanya istrinya sambil kebingungan. Suaminya terdiam sesaat. Ia hanya menjawab lirih "uang kita hanya ada lima juta ma".

Sepuluh menit kemudian petugas administrasi memanggil kedua orang tua Debora.

"Maaf pak atasan saya tidak memberi izin anak bapak dimasukkan ke PICU sebelum bapak menyelesaikan uang muka. Ini saya kembalikan uang lima jutanya", ujar petugas administrasi itu tanpa empati.

Sontak tangis pecah. Ayah ibu Debora hanya bisa menangis. Bu Henny menangis sesunggukkan. "Tolonglah mbak...anak saya kritis. Dia kedinginan. Perlu segera masuk PICU. Mohonlah mbak..mohon..", ucap suami Bu Henny mengiba-iba sambil membungkukkan badannya dengan kedua tangan mengatup.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved