Tega. Karena Tidak Cukup DP Untuk Masuk PICU, Bayi Cantik Debora Meninggal Dunia. Begini Kondisinya

"Kelak bayi Debora akan melihat kebawah, ke neraka, dimana direktur rumah sakit, petugas administrasi dan dokter yang sadis, serta orang-orang yang be

Penulis: rida | Editor: rida
facebook/birgaldosinaga

TRIBUNJAMBI.COM- "Kelak bayi Debora akan melihat kebawah, ke neraka, dimana direktur rumah sakit, petugas administrasi dan dokter yang sadis, serta orang-orang yang bertanggung jawab lainnya terpanggang."

Demikian komentar Christian Siahaan dalam postingan aktivis Medsos Birgaldo Sinaga soal kematian bayi cantik Debora yang diduga meninggal dunia karena tidak mendapat penanganan maksimal di sebuah rumah sakit, Jakarta.

Status Birgaldo langsung viral. Sedikitnya 27ribu netizen membagikan status tersebut dengan sedikitnya 41ribu emoticon dan 17ribu komentar.

Tak sedikit sumpah serapah membanjiri postingan Birgaldo. 

Yolkie Ita Sianipar menuliskan komentarnya.

Tidurlah dengan damai malaikat kecil yg cantik, debora sayang... dunia ini tlalu keras dan kejam... 
Saat dunia tak mampu berlaku adil padamu sayang, percayalah... Tuhan yg kita sembah adalah hakim yg adil !!!
Biarlah pembalasan mjd milikNYA
Buat mamah dan papah debora yg ditinggalkan, smoga diberikan kekuatan dan penghiburan olehNYA 

Benarkah Deborah telah ditelantarkan pihak rumah sakit karena tidak memiliki cukup uang DP untuk mendapat penanganan  di ruang PICU?

Berikut kronologis yang Birgaldo dapatkan dari orang tua Debora.

DITOLAK KARENA KURANG UANG DP, BAYI DEBORA MENINGGAL DI RS MITRA KELUARGA

"Inanng...bertahan kau nang...bertahan kau nang...jangan pergi nang..jangan tinggalkan mamak nang", jerit pilu Ibu Henny Silalahi sambil menggoyang-goyangkan tubuh kaku putrinya Debora di tempat tidur IGD RS Mitra Keluarga Kalideres.

Ia terus berteriak menangis histeris tidak terima anaknya telah pergi meninggalkannya secepat itu. Di depannya sang suami terdiam menahan ledakan amarah. Matanya memerah berkaca-kaca. Laki-laki berperawakan sedang itu akhirnya ikut menangis. Tidak sanggup menahan air mata yang coba ditahannya.

Minggu dini hari, 3 September 2017, sekitar pukul 02.30 WIB, Bayi Debora sesak nafas. Nafasnya tersengal satu-satu. Sebelumnya Debora batuk-batuk. Batuknya berdahak. Ibu Henny segera membangunkan suaminya Rudianto Simanjorang. Mereka memutuskan membawa bayinya segera ke rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres.

Pukul 03.30 WIB, motor dihidupkan. Pagi buta mereka menembus dinginnya malam membawa bayi mungil Debora yang tampak pucat tertidur pulas. Diboncengan Bu Henny melihat tiba-tiba bayi Debora sesak nafas. "Cepatan pa...", bisik Bu Henny ke telinga suaminya. Suaminya memacu kencang motornya. Tidak begitu jauh jarak dari rumah mereka hanya 3 km jaraknya. Hanya sekitar 10 menit mereka sudah sampai di RS Mitra Keluarga Kalideres.

Sesampai di rumah sakit sekitar pukul 03.40 Wib, Debora langsung di bawa ke IGD. Ada dokter jaga di sana. Dokter Iren. Tindakan pertolongan pertama diberikan. Bayi Debora di cek suhu tubuhnya. Lalu diberikan penguapan untuk mengencerkan dahaknya. Sambil dilakukan pemeriksaan, ayah Debora Rudianto diminta mengurus administrasi pasien.

Pukul 04.10 WIB, kedua orang tua Debora dipanggil dokter Iren. Hasil diagnosa dokter Iren mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU. Kondisinya memburuk. Pasien harus dimasukkan segera ke ruang PICU untuk memberikan pertolongan maksimal. Kedua orang tuanya mengangguk cemas. Terbayang wajah bayi mungil Debora yang mulai kesulitan bernafas. Dokter Iren menyarankan segera mengurus ke bagian administrasi.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved