Miris, Biaya Berobat Napi dan Tahanan Lapas Sarolangun Cuma Rp 5 Juta Setahun
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas III Sarolangun tidak punya cukup
Penulis: Teguh Suprayitno | Editor: ridwan
Laporan wartawan Tribun Teguh
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas III Sarolangun tidak punya cukup anggaran untuk biaya berobat warga binaan. Pihak lapas hanya mengalokasikan Rp 5 juta untuk kebutuhan pengobatan 316 warga binaan yang mendekam di lapas.
Setiap warga binaan hanya dijatah Rp 15 ribu untuk biaya berobat setahun, atau Rp 43 per hari. Kepala Lapas Klas III Sarolangun, Supriyadi mengakui pihaknya kekurangan anggaran untuk pengobatan. Terlebih banyak warga binaan tidak memiliki BPJS Kesehatan, sehingga anggaran kerap habis sebelum akhir tahun.
"Anggaran ada tapi kecil, itupun kadang-kadang belum akhir tahun sudah habis karena ada yang rawat inap. Mereka tidak punya BPJS, itu (anggaran) kita keluarkan untuk biaya rawat inap," katanya kepada Tribun beberapa waktu lalu.
Hingga saat ini pihak lapas Sarolangun belum memiliki fasilitas dokter dan perawat jaga. Praktis, saat keadaan darurat mereka harus merujuk warga binaan yang sakit ke rumah sakit, hal inilah yang kerap membuat pengeluaran membengkak.
"Jadi kayak tahun kemarin malah pakai uang pribadi, kawan saya (pegawai) malah sampai Rp 1 juta habis, sering itu. Tidak terasa dia, sejuta ikhlas, sekian ratus ikhlas," cerita Supriyadi. "Kadang kalau sudah narapidana, itu betul-betul minim, orang tidak punya, tidak mampu, dan jauh tempatnya. Untuk membesuk saja dia (keluarganya) tidak ada duit," imbuhnya.
Mengatasi masalah minimnya anggaran obat, pihak Lapas Sarolangun bekerjasama dengan pihak puskesmas Sarolangun untuk pengobatan warga binaan yang sakit. Hal ini, kata Kalapas sesuai imbauan Dirjen Pemasyarakatan agar setiap lapas bekerjasama dengan rumah sakit atau pusekesmas setempat melalui dinas kesehatan. (tsu)