Tujuh Laporan Kasus Kekerasan Perempuan di Sarolangun
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kasus kekerasan perempuan di Sarolangun jauh melebihi dari laporan yang
Penulis: Teguh Suprayitno | Editor: ridwan
Laporan wartawan Tribun Teguh
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kasus kekerasan perempuan di Sarolangun jauh melebihi dari laporan yang diterima. Hingga akhir Agustus 2017, tercatat tujuh laporan kekerasan.
"Ini fenomena gunung es. Banyak yang mungkin terjadi, tapi jarang perempuan berani mengadu," kata Kabid Perlindungan Perempuan, Sarolangun Purba Nur Khikmawati beberapa waktu lalu.
"Tapi ada juga yang langsung lapor ke Polres, biasanya mereka mengalami kekerasan fisik. Ada juga yang ke pengadilan, menuntut cerai," imbuhnya.
Menurut Purba, minimnya laporan diterima Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Sarolangun dikarenakan, banyak perempuan menganggap kekerasan dialaminya adalah aib keluarga yang tidak perlu diceritakan pada umum."Masih banyak yang beranggapan aib keluarga, makanya mereka enggan melapor," ujarnya.
Tujuh kasus kekerasan perempuan di Sarolangun terjadi di Kecamatan Sarolangun, Pelawan Limun, Air Hitam. "Paling banyak di Sarolangun, ada empat kasus, lainnya hanya satu, satu," imbuhnya.
Kasus kekerasan psikis mendominasi dibanding kasus penelantaran ekonomi, kekerasan fisik dan juga pelecehan seksual. "Sebagaian besar psikis. Pasangannya selingkuh. Tadi ini ngelapor suaminya ketangkap sama pacarnya," ujar Purba.
Saat ini pihak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sarolangun, katanya kerap turun ke masyarakat untuk memberikan sosialisasi bahwa mereka ada untuk mendampingi para perempuan yang mengalami kekerasan.
Selanjutnya, terang Purba, perempuan yang mengadu mendapat kekerasan akan didampingi untuk mendapatkan haknya. Namun, umumnya kasus kekerasan rumah tangga lebih banyak dilakukan konseling, dan mediasi untuk menemukan jalan keluar terbaik. Meski kata Purba tidak menutup kemungkinan kasus kekerasan dalam rumah tangga berujung pada pidana dan perceraian. (tsu)