Biadab. Myanmar Diduga Pasang Ranjau di Jalur Perbatasan yang Dipakai Pengungsi Rohingya untuk

Aparat keamanan Myanmar diduga menanam ranjau darat di perbatasan negara Banglades. Pemerintah Banglades memanggil Duta Besar Myanmar di

Editor: rida
BBC
Dalam kandang-kandang seperti inilah para migran Rohingya dan Banglades ditampung para penyelundup manusia di tengah hutan Malaysia tak jauh dari perbatasan dengan Thailand. 

TRIBUNJAMBI.COM- Aparat keamanan Myanmar diduga menanam ranjau darat di perbatasan negara Banglades.

Pemerintah Banglades memanggil Duta Besar Myanmar di Dhaka untuk memprotes tindakan tersebut.

Pemanggilan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat terkait dengan masuknya puluhan ribu warga Rohingya dari negara bagianRakhine, Myanmar, ke Banglades.

Menteri Luar Negeri Banglades Shahidul Haque mengaku, pihaknya sudah memasukkan protes soal ranjau darat kepada Pemerintah Myanmar, namun ia tidak memberikan rincian lebih jauh.

Pejabat senior Banglades mengatakan, diyakini pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau darat untuk mencegah warga Rohingya kembali ke desa-desa mereka.

Sumber di Pemerintah Banglades mengatakan, militer Myanmar menanam ranjau-ranjau baru di sepanjang jalur perbatasan yang dipakai pengungsi Rohingya untuk menyelamatkan diri.

Namun sumber-sumber militer Myanmar menampik tudingan itu. Disebutkan, tidak ada ranjau baru yang ditempatkan di perbatasan Myanmar-Banglades.

Pada tahun 1990-an, ditanam ranjau di perbatasan Myanmar-Banglades untuk mencegah orang-orang melintasi perbatasan secara ilegal.

Sepanjang pekan ini sedikitnya ada tiga insiden yang disebabkan oleh ranjau.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan jumlah pengungsi Rohingya yang melewati perbatasan menuju Bangladesh meningkat tajam sejak 25 Agustus lalu.

Lebih dari 146.000 warga Rohingya meninggalkan Rakhine, karena dipicu serangan milisi Rohingya terhadap sejumlah pos polisi di negara bagian tersebut.

Serangan ini dibalas dengan operasi pembersihan "teroris" oleh militer Myanmar yang mendorong warga sipil Rohingya mengungsi, demi menghindari gelombang kekerasan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved