Untuk Bisa Hamil, Suku Wanita yang Anti Terhadap Pria ini Pakai Cara Mengerikan Seperti ini!
Sebuah hutan di Amazon sebagai hutan hujan tropis terbesar di dunia merupakan tempat menyimpan rahasia tersebut.
Penulis: bandot | Editor: bandot
TRIBUNJAMBI.COM - Sudah nonton filem Wonder Women?
Filem yang dibintangi oleh Gal Gadot ini menceritakan tentang pahlawan super yang berasal dari satu suku yang semuanya wanita di sebuah pulau terpencil.
Selama ini suku yang semuanya wanita, seakan hanya menjadi lagenda semata.
Namun ternyata keberadaan suku itu memang benar adanya.
Yang jadi pertanyaan bagaimana mereka bisa mempertahankan diri?
Bagaimana mereka bisa hamil untuk mempertahankan keturunan?
Sebuah hutan di Amazon sebagai hutan hujan tropis terbesar di dunia merupakan tempat menyimpan rahasia tersebut.
Di dalam hutan lebat terdapat sebuah suku wanita yang mereka masih tidak terpengaruh dunia luar.
Suku tersebut murni di dalamnya adalah para wanita.
Wanita-wanita yang bebas, tidak membolehkan kaum lelaki mencampuri urusan mereka.
Semuanya yang tinggal di daerah tersebut merupakan wanita.
Mereka melarang kaum pria termasuk bayi berjenis kelamin laki-laki tinggal dan dengan suku tersebut.
Hebatnya lagi, meski dihuni oleh para wanita, rata-rata mereka pandai bertarung.
Namun ada satu hal yang menarik dari suku ini.
Di suku ini ketika seorang sudah masuk usia menikah, mereka wajib berjuang terlebih dahulu.
Wanita-wanita itu akan diminta mengintai suku lain yang ada kaum lelaki.
Mereka akan mencari lelaki perkasa.
Dan bila tiba waktunya, mereka akan menyerang kaum tersebut dan menculik lelaki yang sudah mereka targetkan.
Lelaki itu kemudian diculik dan dijiadikan suami ‘satu malam’
Lelaki yang diculik tersebut hanya untuk membuat wanita-wanita suku tersebut hamil.
Ketika positif hamil, semua lelaki yang diculik dikembalikan kepada suku mereka.
Namun sayangnya, jika yang lahir adalah bayi lelaki,maka bayi itu akan dibuang di hutan.
Namun, jika wanita, akan dirawat dan dibesarkan, dilatih menjadi seorang pahlawan yang mahir dalam perang.

Begini Saat Wanita Amazon Merayakan Menstruasi Pertama
Di berbagai budaya, menstruasi adalah situasi yang memprihatinkan bagi wanita.
Seringkali, wanita yang sedang menstruasi diasingkan karena dianggap kotor dan tidak suci.
Lalu, di negara-negara Afrika, anak-anak perempuan yang sedang menstruasi juga tidak bisa pergi ke sekolah.
Ini karena stigma dan kurangnya fasilitas yang memadai.
Padahal, menstruasi adalah sesuatu yang alami terjadi pada wanita.
Dan sebuah suku di hutan Amazon menyadari dan merayakan hal ini.
Bagi anak perempuan suku Tikuna, menstruasi adalah sebuah perubahan yang penting.
Tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual.
Lalu, setelah menstruasi mereka yang pertama, anak perempuan Tikuna diisolasikan dari pria dan komunitas mereka dalam upacara yang disebut Yüüechíga atau pelazón.
Miledy, 17
"Yüüechíga berarti penyucian jiwa, dimana kita menghapus kesalahan yang kita bawa sejak muda dan membuat diri kita bersih," kata Mileidy, seorang anggota Tikuna yang berusia 17 tahun.
Penyucian jiwa ini memakan waktu selama tiga bulan hingga setahun,
Saat proses tersebut anak-anak perempuan tinggal di sebuah rumah kecil atau di ruangan dalam rumah mereka.
Diwawancari oleh Refinery 29, Lena Mucha, fotografer Jerman yang mendokumentasikan ritual ini, berkata,
“Untuk Tikuna, ritual ini adalah transisi dari seorang anak perempuan menjadi wanita.”
“Beberapa anak perempuan memberitahuku bahwa pada awalnya, mereka takut, lalu mereka menikmatinya," ujarnya.
"Itu adalah momen dalam hidup mereka dimana mereka bisa berkonsentrasi terhadap diri mereka sendiri dan belajar banyak hal mengenai tradisi dan warisan budaya mereka,” tambahnya.
Selama pelazón, anak-anak perempuan tersebut mempelajari musik, tarian, sejarah dan kepercayaan suku mereka dari anggota perempuan yang lain.
Mary Cecilia, 15
Mery Cecilia yang kini berusia 15 tahun baru melewati pelazón tahun lalu.
Dia berkata, "(Pelazón-ku) butuh waktu delapan bulan. Aku tinggal di rumah kecil bersama keluarga dan hanya ada satu kamar,"
"Tidak ada seorangpun yang bisa melihatku, jadi ketika ada anggota keluarga yang di rumah, aku menutupi diriku sendiri dengan selimut." katanya.
"Hanya wanita tertua, yang kita sebut nenek, yang datang untuk mengajariku dan membawakanku makanan,"
"Aku belajar untuk menari, menyanyi, dan merajut. Aku merasa nyaman, tidak ada seorangpun yang mengangguku. Itu adalah waktu untuk diriku," lanjutnya.
Rambut adalah satu bagian penting dari upacara Yüüechíga.
Mereka juga membiarkan rambut mereka tumbuh panjang dan ritual ini dianggap sebagai jembatan antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Masa isolasi ini diakhiri dengan upacara tiga hari di mana anak-anak perempuan Tikuna dirayakan.
Lalu, sebagai simbol inisiasi dan penyucian, rambut mereka dipotong.
"Setelah upacara tersebut, anak-anak perempuan kembali ke kehidupan sehari-hari mereka di komunitas sebagai wanita,” ungkap Mucha.
Tikuna masih berpegang erat pada tradisi, tetapi pengaruh dari komunitas mengubah kebiasaan, ritual, kebutuhan dan ambisi mereka.