Muslim Inilah yang Lebih Dulu Gagas Teori Evolusi 600 Tahun Lebih Tua Dibanding Charles Darwin
Nasir al-Din Tusi (Nasiruddin Tusi) adalah seorang jenius dari Persia. Ia mahir di bidang arsitek, astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat
TRIBUNJAMBI.COM - Nasir al-Din Tusi (Nasiruddin Tusi) adalah seorang jenius dari Persia. Ia mahir di bidang arsitek, astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, fisikawan, teolog, dan seorang pengikut Murjiah.
Dan yang paling penting, ia telah menemukan teori evolusi, 600 tahun lebih dulu dibanding Charles Darwin yang dianggap sebagai Bapak Teori Evolusi.
Lahir di Tus, Khurosan, pada 18 Februari 1201, Tusi adalah seorang Ismailiyah, mazhab dengan penganut terbesar kedua dalam Syiah setelah Dua Belas Imam (Itsna ‘Asyariah).
Cendikiawan muslim terkemuka Ibn Khaldun (1332-1406) menyebutnya sebagai cendikiawan terakhir yang pernah dilahirkan oleh Persia.
Tusi menghasilkan sekitar 150 karya, 25 di antaranya berbahasa Persia dan sisanya berhasa Arab—ada satu risalah yang memuat tiga bahasa sekaligus: Arab, Persia, dan Turki.
Selama tinggal di Nishapur, Tusi membangun reputasinya sebagai sarjana yang luar biasa. Prosa-prosa Tusi menjadi salah satu koleksi terbesar yang pernah dihasilkan oleh seorang muslim.

Tak sekadar membahasa ilmu-ilmu agama, Tusi, dalam bahasa Arab, juga membahasa hal-hal yang sifatnya sekuler. Karya-karyanya adalah versi bahasa Arab dari karya-karya Euclid, Archimedes, Ptolemy, Autolycus, dan Theodosius dari Inggris.
Dalam bukunya Akhlaq-i-Nasri, Tusi mengajukan teori dasar evolusi spesies hampir 600 tahun lebih tua sebelum Charles Darwin lahir. Ia memulai teorinya dengan alam semesta yang terdiri atas elemen-elemen yang sama dan serupa.
Menurut Tusi, kontradiksi internal mulai muncul, dan akibatnya, beberapa zat mulai berkembang lebih cepat dan berbeda dari zat lainnya.
Ia kemudian menjelaskan bagaimana unsur-unsur tersebut berkembang menjadi mineral, kemudian tanaman, kemudian hewan, dan kemudian manusia. Tusi kemudian menjelaskan bagaimana variabilitas herediter merupakan faktor penting evolusi biologis makhluk hidup.
Ia menulis:
“Organisme yang bisa mendapatkan fitur baru lebih cepat lebih bervariasi. Akibatnya, mereka mendapatkan keuntungan dibanding makhluk lainnya […] Tubuh berubah sebagai hasil interaksi internal dan eksternal.”
Tusi juga menjelaskan bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya:
“Lihatlah dunia binatang dan burung. Mereka punya semua yang diperlukan untuk bertahan, melindungi dan hidup sehari-hari, termasuk kekuatan, keberanian, dan peralatan (baca: organ) yang mendukung…
“Beberapa organ ini merupakan senjata, misalnya, tanduk-tombak dan gigi dan cakar dan jarum dan kaki dan kuku; duri dan jarum bahkan ada yang menyerupai anak panah…