Erosi Sungai Ancam Pemukiman Warga Penyengat Rendah, Tudingan ke Galian C
Sejumlah warga di penyengat rendah, kecamatan Telanaipura, Kota Jambi mulai resah dengan erosi yang terjadi di tebing sungai.
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Nani Rachmaini
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sejumlah warga di penyengat rendah, kecamatan Telanaipura, Kota Jambi mulai resah dengan erosi yang terjadi di tebing sungai.
Pasalnya, kondisi ini mengakibatkan kian rusaknya jalan setapak milik warga.
Pantauan Tribun, pada Senin (29/5/2017) sore, jalan setapak yang berlokasi di hulu sungai kelurahan Penyengat Rendah mulai hilang akibat longsor di tebing sungai.
Jalan yang tadinya memiliki lebat sekitar lima meter mulai terkikis erosi. Akibatnya kini yang tersisa hanya sekitar satu meter saja dengan kondisi sebelah kiri jalan pagar pembatas kebun dan sisi kanan jalan jurang yang langsung berbatasan dengan sungai batanghari.
Kondisi ini bisa terlihat di Rt 10 kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Sedikitnya delapan rumah di tepi sungai di Rt 10 kelurahan Penyengat Rendah ini terancam terisolir.
Rudi salah seorang warga yang dibincangi tribun mengaku pasrah dengan kondisi saat ini.
Pasalnya tidak hanya jalan, perkebunan dan batang kelapa milik warga dan tanaman warga juga ikut tergerus.
Terutama selama musim penghujan di awal tahun 2017 hingga Mei.
"Dua bulan lalu jalan setapak ini masih bagus, tapi sekarang longsor sampai lima meter," katanya.
Ia mengatakan sudah sejak lama warga di Penyengat Rendah hidup di tepi sungai. Meski pekerjaan sehari-hari hanya berkebun dan beternak.
"Tapi kan sudah dari orang tua kami dulu hidup di tepi sungai, tapi sekarang jalan, rumah dan kebun mulai terkikis longsor," ujarnya.
Ia meyakini rusaknya konstruksi tanah di sekitar pemukiman warga di tepi sungai batanghari ini karena aktifitas galian C yang kian meningkat.
"Dua tahun lalu, di sini ada galian C tapi batu sekarang dirasakan dampaknya, tanah jadi turun dan longsor merusak jalan," ujarnya.
"Sekarang sudah pindah lagi mereka ke arah ilir sana," ujarnya.
Tak hanya itu, dampak buruk yang dirasakan warga lainnya adalah kondisi air sungai yang semakin keruh.
"Padahal dulu air sungai disini bisa dipake masak, sekarang untuk mandi dan nyucipun kita terpaksa pake air keruh ini," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga lainnya di Rt 07 mengatakan hal senada. Dimana kondisi rumahnya kini juga mulai tergerus dan terancam longsor. Terutama di bagian dapur, yang berbatasan langsung dengan sungai.
"Padahal dulu jaraknya dari tepi sungai rumah kami ini enam meter. Sekarang tengok lah cuma semeter saja antara tiang rumah dengan tepi sungai," ujarnya.
"Coba lihat di pantai sana, kalau surut nampak pinggirnya retak, longsor, jadi seperti tebing. Dampaknya baru sekarang kami rasakan, padahal galian C ini yang diuntungkan hanya perorangan saja. Kami warga yang merasakan pahitnya," ujar pria yang minta namanya tidak dikutip.
Ia mengatakan, rerata warga di Penyegat Rendah keberatan dengan aktifitas galian C di sungai Batanghari.
Penolakan ini pernah dilakukan dengan menyampaikan langsung ke pemerintah Kota Jambi. Namun, sampai saat ini tak ada tindakan ril.
"Dulu sudah di cek, katanya mau di hentikan, ditepi sungai mau dibikin turap. Tapi sampai sekarang tidak ada pelaksanaannya," ujarnya.
"Kami berharap pemerintah bisa jeli melihat dampak buruk galian c ini. Masak iya di dalam kota ada aktifitas pertambangan ilegal dibiarkan. Kalau orang luar jambi nengok malu juga kan," pungkasnya. (dnu)