Pilkada DKI Jakarta
Litbang Kompas: Hitung Cepat Jadi Alat Kontrol, untuk Mengukur Indikasi Adanya Kecurangan
Peneliti Litbang Kompas, Ratna Sri Widyastuti, mengatakan, hitung cepat bagian dari kontribusi untuk pilkada berkualitas.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Litbang Kompas ikut menggelar hitung cepat atau quick count hasil pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 2017 setelah pencoblosan pada Rabu (15/2/2017) kemarin. Keikutsertaan Litbang Kompas itu selain untuk mengetahui secara cepat gambaran umum hasil Pilkada DKI Jakarta, juga mengawal perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI.
Peneliti Litbang Kompas, Ratna Sri Widyastuti, mengatakan, hitung cepat bagian dari kontribusi untuk pilkada berkualitas.
"Karena kan semakin banyak lembaga melakukan hitung cepat dan hasilnya sama, nanti akan jadi alat kontrol, jika tiba-tiba KPU melakukan hasil berbeda. Itu akan menjadi indikasi terjadi kecurangan," kata Ratna kepada Kompas.com di Palmerah Barat, Jakarta, Rabu.
Hitung cepat Litbang Kompas kali ini mengambil sampel di 400 TPS (tempat pemungutan suara) dengan total pemilih 227.453. Metode penentuan TPS menggunakan teknik penarikan sampel secara acak sistematis berdasarkan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di DKI Jakarta.
Berdasarkan hitung cepat Rabu kemarin, suara pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, berada di posisi pertama dengan perolehan 42,87 persen. Posisi kedua Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan 39,76 persen. Sementara Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 17,37 persen.
Ratna mengatakan, hasil hitung cepat itu merupakan prediksi perolehan secara keseluruhan Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasil penghitungan resmi tetap akan berasal dari KPU DKI.
Namun Ratna mengatakan, hasil prediksi ini dan KPU tak akan jauh berbeda.
"Berdasarkan hitungan kami dan kami telah rencanakan masak-masak, harusnya margin of error di bawah satu persen dibanding hasil resmi KPU," kata Ratna.