Harga Cabai Tinggi, Toko Tani Indonesia Pangkas Distribusi, Efektifkah?

Harga cabai yang kembali naik di Februari membuat Kementerian Pertanian (Kementan) segera melakukan langkah strategis

Editor: Nani Rachmaini

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Harga cabai yang kembali naik di Februari membuat Kementerian Pertanian (Kementan) segera melakukan langkah strategis untuk meredam kenaikan harganya.

Selain melakukan beberapa upaya solusi pada sektor hulu, Kementan juga melakukan pemangkasan rantai distribusi pangan melalui Toko Tani Indonesia (TTI).

Seperti diketahui, program pengendalian harga bahan pangan yaitu Toko Tani Indonesia dari Kementerian Pertanian mulai terdengar saat menjelang Hari Raya Idul Fitri 2016 lalu.

Toko Tani Indonesia (TTI) diharapkan menjadi purwarupa pemangkasan rantai distribusi pangan di Indonesia.

Tercatat, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meresmikan TTI pusat Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada Juni 2016. Pada pelaksanannya TTI menjual berbagai jenis komoditas pokok seperti beras, daging sapi, ayam, minyak goreng, cabai merah, bawang merah dan bawang putih serta gula pasir.

Mentan menjelaskan, berbagai komoditas pokok yang ditawarkan TTI dengan harga murah lantaran penjualan dilakukan langsung oleh produsen bersama TTI dan berbagai produsen swasta di Indonesia.

Namun, delapan bulan berjalan setelah diresmikan hingga Fabruari 2017, efektivitas TTI dalam memangkas rantai distribusi pangan dan pengendalian harga pangan belum berdampak signifikan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) M Maulana mengatakan, efektivitas Toko Tani Indonesia (TTI) perlu dievaluasi.

Evaluasi diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas TTI dalam memotong mata rantai dan menguntungkan konsumen. Salah satunya adalah indikator stabilnya harga pangan di pasar yang masih bergejolak dan cenderung dalam keadaan tinggi.

"Tujuan akhirnya pengendalian harga, tapi kenyataan di lapangan, harga masih bergejolak dan cenderung tinggi," ujarnya.

Pada bulan Februari ini Kementan kembali menghidupkan TTI yang seakan mati suri dalam menjaga kestabilan harga pangan.

Untuk wilayah Jakarta telah disiapkan 22 TTI yang menjual bahan pangan pokok seperi beras, gula pasir, cabai, hingga daging sapi.

Menurut Mentan, Jakarta menjadi barometer harga pangan di Indonesia, maka diperlukan jumlah TTI yang lebih banyak dan merata di sejumlah wilayah Ibukota.

TTI vs Bulog

Pengamat Pertanian IPB Dwi Andreas, mengatakan dari pada menjalankan program baru seperti TTI yang efektivitasnya diragukan, lebih baik menguatkan peranan Badan Urusan Logistik (Bulog).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved