Panglima TNI Minta KSAU Evaluasi Alutsista AU agar Tak Ada Lagi Pesawat TNI yang Jatuh

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta tak ada lagi pesawat milik TNI AU yang jatuh.

Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta tak ada lagi pesawat milik TNI AU yang jatuh.

Prajurit TNI harus berani mengevaluasi diri, terutama berkaitan dengan pembangunan kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

"Harus sangat serius dalam membenahi dan membangun kekuatan TNI Angkatan Udara. Kita berharap ke depan peristiwa serupa tidak terulang kembali," kata Gatot saat menjadi Inspektur Upacara pada serah terima jabatan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (20/1/2017).

Menurut Gatot, pembenahan alutsista harus dilakukan secara sungguh-sungguh sejak dari perencanaan, lalu ke pengadaan, penggunaan, hingga pemeliharan.

Menanggapi amanat upacara Gatot, Hadi Tjahjanto mengatakan akan melakukan kajian dan perbaikan manajemen alutsista.

Dengan upaya itu, Hadi berharap kecelakaan pesawat dapat dihentikan.

"Perbaiki manajemen pengadaan dan latihan. Kami harapkan zero kecelakaan," ujar Hadi.

Selama tahun 2016, terdapat lima kali kecelakaan udara milik TNI. Terakhir, Minggu (8/12/2016) pagi, sebuah pesawat Hercules C-130HS milik TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A-1334 hilang kontak dalam penerbangan dari Timika ke Wamena, Papua.

Tim pencari akhirnya menemukan pesawat jatuh itu di sekitar Gunung Lisuwa, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya. Akibat kecelakaan itu, tiga belas orang menjadi korban.

Sebelumnya, Hadi berkomitmen akan melaksanakan rencana strategis TNI AU, yakni peremajaan Pesawat F5.

"Karena sudah satu tahun pesawat ini tidak terbang. Nanti rencananya penggantinya apa, masih dalam perencanaan," ujar Hadi seraya menjelaskan, untuk meminimalisasi kecelakaan pesawat TNI, Hadi akan menerapkan 'zero accident'.
Hadi akan memperketat pola penerbangan pesawat atau helikopter milik TNI AU.

"Manajemennya harus diperbaiki. Mulai dari pengadaan barang (pesawat atau helikopter), manajemen pembinaan, pelatihan. Kalau manajemen dilakukan dengan baik, maka accident bisa kita hindari," ujar dia.

Hadi menegaskan, tidak segan-segan untuk melakukan inspeksi mendadak guna memastikan apakah manajemen yang benar sudah diterapkan.

Rencananya, TNI AU akan menambah sebanyak 12 radar pertahanan udara (Hanud). Dengan demikian, radar yang dimiliki Indonesia bertambah menjadi 32.

"Kami harapkan tidak ada lagi wilayah Indonesia yang masih bolong-bolong. Kalau ada pesawat melanggar, langsung ketahuan," ujar Hadi.

Radar baru itu ditempatkan di penjuru Indonesia, mulai dari wilayah Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. (wah/kps)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved